Havana (ANTARA News) - Pemerintah Kolombia dan pemberontak FARC mengakhiri babak negosiasi pada Minggu dan kedua pihak saling melontarkan tuduhan mengenai tidak adanya kemajuan setelah perundingan perdamaian selama 11 bulan.

Ketua perunding dari pihak pemberontak Ivan Marquez menekankan bahwa bukan FARC yang membuat macet proses perdamaian, demikian laporan AFP.

"Pada akhir tahap pembicaraan ini, pemerintah seharusnya tegas mengenai kebenaran: kami telah bekerja secara mendalam setiap hari," katanya. "Tidak ada hari di mana kami tidak mengajukan usulan dan solusi."

Tidak seperti sebelumnya, kedua pihak tidak mengeluarkan pernyataan bersama pada akhir babak negosiasi -- yang ke-15 sejak pembicaraan perdamaian yang dimulai November tahun lalu untuk mengakhiri konflik hampir setengah abad itu.

Delegasi pemerintah tidak memberikan pernyataan pada Minggu, namun pada Sabtu menuduh pemberontak menunda proses perdamaian dan "membingungkan" publik dengan usul-usul yang tidak memiliki kaitan dengan agenda pembicaraan.

Kedua pihak sejauh ini telah mencapai sebagian kesepakatan mengenai reformasi tanah dan saat ini merancang cara-cara bagi anggota FARC untuk memasuki sistem politik. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.

Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.

(M014)

Editor: Heppy Ratna Sari
COPYRIGHT © ANTARA 2013