Jakarta (ANTARA News) - Tim peneliti mengungkap skenario perubahan iklim terbaru berdasarkan peta-peta model hubungan perubahan kimia lautan dan perubahan iklim.

Tim beranggota 29 ilmuwan internasional yang berbasis di University of Hawaii, Honolulu, mengembangkan dua proyeksi skenario berdasarkan peta-peta model perubahan kimia samudera dan dampaknya terhadap populasi manusia di pesisir yang hidupnya bergantung pada sumber daya laut.

Skenario pertamanya, manusia bisa memangkas emisi karbon dioksida secara bermakna.

Berdasarkan peta-peta model yang banyak di antaranya dari laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), bila emisi karbon dioksida bisa dipangkas secara bermakna maka karbon dioksida di atmosfer global hanya akan meningkat dari 440 ppm (parts per million/bagian per juta) menjadi 550 ppm.

Skenario kedua, emisi karbon dioksida tidak banyak mengalami perubahan seperti sekarang sehingga seperti proyeksi IPCC akumulasi karbon dioksida di atmosfer akan meningkat menjadi 900 ppm akhir abad ini.

Dengan skenario 550 ppm, peneliti memprediksi 1,4 miliar orang akan menghadapi perubahan laut cukup besar tahun 2100 dan 690 juta orang di antaranya tinggal di negara dengan tingkat ketergantungan pada laut menengah hingga tinggi.

Sementara pada skenario kedua, dua miliar orang akan terkena dampak perubahan laut tahun 2100 dengan 1,12 miliar orang tinggal di wilayah dengan tingkat ketergantungan menengah hingga tinggi terhadap laut.

Di antara dua miliar orang yang terdampak itu, sebanyak 870 juta di antaranya akan hidup negara berpendapatan rendah dengan sedikit sumber daya untuk beradaptasi terhadap perubahan, demikian menurut hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS Biology.

Para peneliti menyebut hitungan itu masih kasar dan bahwa dampak perubahan terhadap ekosistem dan manusia belum bisa diketahui sampai perubahan ikilm itu terjadi.

Peneliti di University of Hawai, Camillo Mora, menyerupakan ketidakpastian tersebut dengan ketidakpastian jatuh dari tangga yakni bahwa beberapa luka tidak akan dapat dihindari tapi bagian tubuh mana dan seberapa parah luka orang yang jatuh belum bisa diperkirakan.

"Sistem itu sangat rumit. Kau tidak bisa bilang spesies mana yang akan punah, atau respons dari satu spesies tertentu, tapi kau bisa meramalkan perubahan ini akan berdampak besar," kata Mora, yang ikut menulir studi itu, seperti dilansir laman LiveScience.


Penerjemah:
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2013