Jakarta (ANTARA News) - Beberapa kota di Indonesia dibangun di patahan lempeng bumi, misalnya di Lembang, Bandung, yang jauh patahannya mencapai 25 km, kata pakar geofisika dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Bandung, Dr Djedi S Widarto. "Patahan Bandung itu dari permukaan saja sudah kelihatan jelas dan membentuk jurang, kami sudah menghitung jika saja patahan itu bergerak akan menimbulkan gempa 6,6-6,9 SR," katanya yang dihubungi dari Jakarta, Minggu. Ini berbeda dengan Jakarta, yang diperkirakan tidak berada di patahan aktif, namun demikian diduga tetap terdapat patahan di bawah Ciputat, yang karena tak kelihatan di permukaan, maka tak bisa dihitung bentuknya seperti apa. Sementara itu, geolog Soffian Hadi mengatakan Surabaya meski relatif aman karena berada di belakang tumbukan lempeng Eurasia dan Indoaustalia, namun tapak jembatan Suramadu yang menghubungkan ke Madura, diduga berada di patahan geser. "Perlu diteliti lagi soal ini, jangan sampai membuat jembatan di atas sebuah patahan aktif dan beresiko tinggi," kata Soffian. Kota lainnya yang diketahui dibangun di atas patahan aktif adalah kota Palu, meski adalah tak mungkin memindahkan masyarakat yang selama ini hidup di sana ke tempat lain yang tidak berada di patahan aktif, kata pakar geodesi dari Bakorsurtanal Cecep Surbaya. Gempa Pangandaran lalu, lanjut dia, sumbernya ternyata di ujung selatan patahan Sumatera yang panjangnya 1.650 km membelah Sumatera dari utara, namun belok ke Pulau Jawa sepanjang 300km. Gempa bumi, menurut Soffian, adalah suatu peristiwa patahnya lapisan kerak bumi dengan ketebalan puluhan km akibat dinamika tektonik. "Kalau batuan mengalami tekanan atau tarikan maka batuan tersebut akan memampat atau meregang, sehingga ketika batas elastisitas dan plastisitasnya terlampaui maka masa batuan itu akan patah. Ketika terjadi patahan itulah pelepasan energi menimbulkan gempa," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006