Jakarta (ANTARA News) - Kondisi air minum dan sanitasi yang buruk menyebabkan Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp56 triliun setiap tahunnya.

"Setara dengan 2,3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Padahal, kerugian tersebut setara dengan 25 persen anggaran pendidikan nasional yang dianggarkan per tahun atau setara dengan biaya untuk menyediakan 12-15 juta toilet yang layak," kata Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dalam Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pekerjaan Umum, capaian layanan air minum hingga akhir tahun 2012 baru mencapai 58,5 persen dari target MDGs 2015 sebesar 68,87 persen.

"Masih dibutuhkan penambahan layanan air minum bagi 33 juta jiwa agar target tersebut dapat tercapai."

Saat ini, pencapaian layanan sanitasi dasar, sebesar 57,35 persen dari target MDGs 2015 sebesar 62,41 persen.

"Masih terdapat selisih sebesar 18 juta jiwa agar target MDGS tersebut dapat terpenuhi, oleh sebab itu advokasi dan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat mutlak untuk dilaksanakan demi peningkatan kesadaran dan komitmen kita untuk menjadikan Indonesia lebih sehat," kata Agung.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013