Teheran (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki hari Rabu menunjukkan tanda pertama keinginan Iran untuk kesepakatan dalam sengketa nuklirnya, dengan menyatakan negara Islam itu siap membahas penghentian pengayaan uraniumnya. "Kendati kami tidak melihat nalar dalam tuntutan Barat untuk menghentikan kegiatan nuklir kami, kami tetap dapat membicarakan masalah itu dalam perundingan ketat," kata Mottaki kepada wartawan di Teheran. Ia juga menyatakan Iran akan menjawab kemasan usul Barat, berupa perangsang ekonomi sebagai imbalan penghentian pengayaan uraniumnya, sesuai dengan jadwal, yakni tanggal 22 Agustus. Mottaki kembali menolak resolusi 1696 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memerintahkan Iran menghentikan pengayaan itu pada 31 Agustus atau dihukum bila melanggar, dengan menyebutnya bewarna politik dan tidak berdasarkan atas hukum. Pernyataan itu muncul sehari sesudah Presiden Mahmud Ahmadinejad bersumpah bahwa Iran tidak akan menghentikan pengayaan uraniumnya. Ia mengatakan Iran akan menjawab usul Barat itu, tapi Barat harus tahu Iran tidak akan menarik keuntungan dari hak sahnya. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa ahir Juli meningkatkan tekanan pada Iran karena kegiatan nuklirnya, dengan memerintahkan Teheran menghentikan kerja bermasalahnya itu pada 31 Agustus atau menghadapi kemungkinan hukuman. Resolusi 1696 itu, yang disahkan dengan suara 14-1, menyampaikan "keprihatinan mendalam" terhadap penolakan Iran memenuhi perintah Badan Tenaga Atom Dunia untuk menghentikan pengayaan uranium dan pekerjaan lain, yang dapat menghasilkan bom nuklir. Namun, naskah itu menangguhkan ancaman hukuman segera, yang ditentang Rusia dan Cina serta menyatakan menghukum akan menjadi pokok pembicaraan lebih lanjut. John Bolton, dutabesar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mendesakkan sikap keras pada kegiatan nuklir Iran, menyatakan kemenangan dalam resolusi itu, yang disahkah setelah beberapa pekan pembicaraan. Qatar adalah satu-satunya anggota dewan itu, yang menentang resolusi tersebut dengan alasan bahwa mendukung resolusi itu sangat bermusuhan. "Kami tidak menginginkan gunung api baru meletus di kawasan itu," kata Dutabesar Qatar Nassir Abdulaziz Nasser. Resolusi itu diusulkan Inggris, Prancis dan Jerman, dengan dukungan kuat Amerika Serikat. Semua menduga kegiatan nuklir Iran menyembunyikan upaya membuat bom nuklir, meskipun Teheran menyatakan penelitiannya untuk tujuan damai.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006