Bojonegoro (ANTARA News) - Di musim kemarau dengan debit air yang tergolong minim, aliran sungai Bengawan Solo di Desa Tapelan, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, Jatim, menelan tiga nyawa. Dari tiga anak-anak yang terseret arus air dan tenggelam di sungai terpanjang di Pulau Jawa itu, dua diantaranya ditemukan, Jumat, dalam kondisi tewas. Sedangkan satu korban ditemukan juga sudah tak bernyawa, sesaat setelah kejadian, Kamis (17/8). "Jenazah dua bocah itu ditemukan pada jarak sekitar 70 meter dari lokasi ketiga anak-anak tersebut tenggelam," kata Kabag Bina Mitra Polres Bojonegoro, AKP Hadi Suryo di Mapolres Bojonegoro, Jumat. Ketiga korban adalah Khoirul bin Sumiran (6), Nur Afifah (7), keduanya warga Desa Tapelan dan Anam Choirul bin Juri (6) asal Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngraho. Dua bocah yang ditemukan belakangan yakni Nur Afifah dan Anam Choirul. Menurut Hadi Suryo, korban Anam Choirul bin Sumiran, gagal diselamatkan nyawanya oleh seorang penambang perahu, Sutrisno (27), yang melihat peristiwa tenggelamnya ketiga bocah itu sekitar pukul 15.30 WIB. Menurut Sutrisno, kepada petugas, dirinya tahu kalau ketiga bocah tersebut sedang mandi di tepian perairan Bengawan Solo, dalam jarak sekitar 70 meter dari dirinya. Dari kejauhan, Sutrisno melihat ketiga bocah tersebut berada agak ke tengah dan nampak terseret arus air dan tenggelam. Seketika itu, Sutrisno berusaha mendatangi ketiga bocah yang tenggelam itu sambil berteriak-teriak meminta tolong. Namun ia mengaku hanya berhasil meraih salah seorang bocah tersebut, yakni Choirul bin Sumiran, tetapi kondisinya sudah tak bernyawa. Wargapun berdatangan dengan berbagai peralatan, baik dengan cara menyelam dan menggunakan jala, berusaha mencari kedua bocah yang yang belum ditemukan. "Namun baru Jumat pagi mayat kedua bocah berhasil ditemukan. Ketiga bocah itu memang sedang mandi di Bengawan Solo, karena bajunya ditemukan di tepi sungai," kata Hadi Suryo.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006