Nusa Dua (ANTARA News) - Negara-negara berkembang cenderung mempertahankan subsidi pembelian pupuk agar petani bisa mendapatkan harga yang murah guna mendukung peningkatan produksi pangan.

Hal itu terkemuka dalam diskuni panel tentang subsidi pupuk pada pertemuan International Fertilizer Industry Association (IFA) di Nusa Dua, Bali, Rabu.

"Subsidi pupuk di negara-negara berkembang cenderung meningkat untuk membantu petani mereka menaikkan produksi pangan," kata Wakil Presiden IFA untuk kawasan Asia Selatan, Rakesh Kapur.

Ia menyebut negara-negara berkembang tersebut antara lain India, Pakistan, Bangladesh, Srilanka, serta sejumlah negara lainnya seperti China, Nepal, Philipina, Malaysia, dan Indonesia.

Bahkan juga negara sudah maju seperti Korea Selatan, namun peraturan dan penerapan subsidi mereka berbeda-beda.

Akademisi dari China Agricultural University (CAU), Zhang Weifeng, mengatakan produsen pupuk di China mendapat insentif berupa harga gas dan listrik khusus yang relatif lebih murah dibandingkan dengan industri lainnya, serta harga khusus transportasi melalui kereta.

Guna mendukung pendukung peningkatan produksi pangan dan pendapatan petani, lanjut dia, Pemerintah China juga memberikan subsidi berupa potongan harga sebesar 30 persen untuk pembelian peralatan pertanian.

"Target subsidi pangan untuk semua jenis biji-bijian, seperti gandum, beras, kedelai, kentang, dan kacang, bahkan berapa hewan ternak," katanya.

Sejak 2012, lanjut dia, Pemerintah China mengeluarkan subsidi pertanian tidak kurang dari 100 miliar Yuan.

Demikian pula dengan India, Dirjen Fertilizer Association of India (FAI), Satish Chander, mengatakan pemerintahnya mengeluarkan subsidi pupuk hingga 12,1 miliar dolar AS (INR 659,74 miliar) atau sekitar Rp121 triliun pada 2012-2013 untuk menjaga agar harga maksimum pupuk di tingkat petani.

"Pada 2013-2014 permintaan subsidi pupuk mencapai sekitar 17,8 miliar dolar AS (INR 1.050 miliar)," katanya.

Melihat tren tersebut, Dirut PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) Arifin Tasrif mengatakan subsidi pembelian pupuk buat petani di Indonesia relatif masih kecil, sekitar dua miliar dolar AS.

"Namun hasilnya, bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan terutama beras," ujarnya.

PIHC yang membawahi lima BUMN pupuk, kata dia, sanggup mendukung target pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan dan pencapaian surplus beras sebanyak 10 juta ton pada 2014.

"Memang tidak hanya pupuk yang cukup untuk meningkatkan produksi pangan, namun juga harus didukung ketersediaan benih yang bagus, kondisi lahan yang sudah terdeteksi, dan infrastruktur yang baik," kata Arifin.
(R016/S025)

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013