Canberra (ANTARA News) - "Tidak menyesali keputusan yang diambil sesuai nurani. Dan saya siap mempertanggungjawabkan keputusan itu dunia dan akhirat," kata Wakil Presiden Boediono, di HC Coombs Lecture Theatre Building 8, Australian National University, Canberra, Rabu.

Riuh tepuk tangan peserta yang hadir dalam kuliah umum itu langsung bergemuruh begitu pernyataan Boediono itu terucap. Maksud tepuk tangan itu tentu tergantung yang bertepuk tangan. 

Saat dana talangan untuk Bank Century itu diputuskan diberikan pasca krisis ekonomi 2008, dia menjadi gubernur Bank Indonesia. Kasus dana talangan Bank Century yang diklasifikasikan "berdampak sistemik" itu belum tuntas benar.

Boediono mengangkat "permasalahan" Bank Century itulah sebagai satu materi kuliah umum di Australian National University, Canberra, itu. Dana talangan Rp6,7 triliun itu diduga keras dikorupsi dan KPK belum tuntas mengentaskan hal ini. 

"Itu merupakan langkah darurat yang diambil para pimpinan pada saat itu," kata dia dosen ekonomi itu.

Pangkalnya, seorang mahasiswa Indonesia di ANU, Reza, bertanya kepada Boediono tentang itu. Kuliah umum itu dihadiri mahasiswa dari berbagai kebangsaan yang sedang berilmu di sana. 

Boediono menyatakan, saat itu proses politik menghalangi Indonesia dari menerapkan blanket guarantee alias perlindungan menyeluruh atas simpanan nasabah; sebagaimana sudah berjalan di negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Malaysia, bahkan Australia.

Namun para pimpinan harus mengambil keputusan sulit, apakah menyelamatkan bank dengan kalkulasi yang bisa dihitung atau menutup bank dengan konsekuensi yang tidak bisa dihitung.

Boediono juga menegaskan, kasus Bank Century berkembang di luar prediksi dan akhirnya menjadi isu politik.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013