Denpasar (ANTARA News) - Sejumlah pantai di Pulau Dewata yang belakangan ini "kebanjiran" pasir dan pecahan terumbu karang, terjadi akibat munculnya fenomena aeolin. "Fenomena tersebut ialah timbulnya arus yang cukup kuat di dasar laut akibat `dorongan` gelombang besar yang muncul di permukaan," kata Drs Suyarto MSi, dosen Pertanahan Fakultas Pertanian Unud, di Denpasar, Minggu. (20/8). Ahli pertanahan itu menyebutkan, fenomena aeolin hanya mungkin terjadi akibat adanya gelombang laut cukup tinggi yang disertai angin kencang. "Gelombang tinggi yang kemudian membuat arus sangat kuat di dasar laut itulah yang kemudian `mengeduk` pasir hingga muncul ke permukaan laut," ucapnya. Pasir atau bahkan batu karang yang terangkat ke permukaan, lanjut dia, oleh gulungan gelombang yang tertiup angin kencang kemudian digiring menepi ke daerah pantai. Itu sebabnya, sejumlah pantai terutama di wilayah Kuta, Kabupaten Badung, belakangan ini "ketamuan" tumpukan pasir dan pecahan-pecahan terumbu karang. Gundukan pasir dan batu karang yang beberapa kali muncul di Pantai Kuta, tidak saja sempat merepotkan warga setempat untuk membersihkannya, tetapi juga mengundang pertanyaan dari kalangan masyarakat. Sejumlah warga sempat memperkirakan kalau kemunculan benda laut dalam jumlah yang cukup besar itu, ada kaitannya dengan bencana tsunami yang sempat terjadi di beberapa daerah seperti Aceh dan Pangandaran, Jawa Barat. Sehubungan dengan itu, kemunculan pasir dan serpihan terumbu karang sempat membuat sebagian penduduk yang bermukin di daerah pantai menjadi was-was. Suyarto menyebutkan fenomena aeolin biasa terjadi manakala arus di bawah permukaan laut cukup keras seiring munculnya gelombang besar dan tiupan angin cukup kencang. Mengingat itu, dia mengimbau masyarakat tidak harus cemas atau ketakutan yang berlebihan, namun tidak juga harus mengurangi kewaspadaan terhadap kemungkinan munculnya hal-hal tidak diinginkan. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006