Baghdad (ANTARA News) - Saddam Hussein, yang memerintah Irak selama tiga dekade dan digulingkan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) pada 2003, kini menghadapi tuntutan hukum baru atas kejahatan penghapusan etnis yang diancam hukuman mati. "Jangan pernah tertarik kepada jalan yang mudah, karena jalan yang menyebabkan kakimu berdarah adalah satu-satunya cara untuk tetap bertahan hidup," kata Saddam. Saddam, yang dalam bahasa Arab berarti "Seseorang yang menghadapi tantangan", kembali akan duduk dibangku persidangan atas tuntutan hukum penghapusan etnis dengan melakukan operasi militer terhadap suku Kurdi pada 1988, dan sidang mulai akan digelar tak lama lagi. Ia kini masih menunggu tuntutan atas kasus pelanggaran hukum atas peristiwa tewasnya 148 warga dari kelompok Syiah. Saddam juga menghadapi ancaman hukuman mati dalam kasus itu. Tuduhan lain yang ditujukan kepada mantan presiden Irak itu dapat memakan waktu beberapa tahun untuk dapat disidangkan, satu hal yang dapat dipastikan Saddam tak akan pernah keluar dari penjara selama hidupnya. Saddam didepan sidang secara khas menegaskan bahwa lebih memilih ditembak mati daripada menerima hukuman mati dengan cara digantung lehernya. Walaupun pejabat AS menggelar sidang Saddam tak ubahnya pertunjukkan sandiwara bagi warga Irak, banyak warga Irak kini yang memberikan hanya sedikit perhatian ke persidangannya. Saddam (69) kini mengingatkan kepada rakyat Irak, agar menghentikan aksi saling menyerang satu sama lain sesama bangsa Irak, dan lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana mengupayakan, agar bangsa AS angkat kaki dari Irak. Ia agaknya selalu memahami pentingnya pembentukan citra diri. Ia tahu melakukan pendekatan melalui semangat bangsa Arab, semangat Islam dan semangat patriotisme bangsa Irak dan tampil didepan umum dalam berbagai penampilan, antara lain berpakaian tradisional, pakaian petani Irak, seragam militer, bahkan berpakaian ala barat. Setelah militer AS melakukan invasi ke Irak pada Maret 2003, ia ditangkap oleh serdadu AS dipersembunyiannya dekat Tikrit. Putranya Uday dan Qusay yang menjadi kepercayaannya telah dibunuh oleh tentara AS pada Juli 2003. Tentara AS hingga saat ini tidak menemukan bukti-bukti bahwa Saddam memiliki senjata pemusnah massal atau memiliki kaitan dan hubungan dengan jaringan Al Qaeda, yang dijadikan pembenaran AS untuk menyerang dan kemudian menduduki Irak setelah waktu berlalu hingga tiga tahun ini, demikian laporan Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006