Jakarta (ANTARA News) - Dunia usaha harus waspada terhadap penularan kasus HIV dan AIDS, karena sebanyak 80 persen Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) adalah usia produktif 15--49 tahun, berdasarkan data IBCA (Indonesian merupakan Business Coalition on AIDS).

Kasus HIV dan AIDS menurut Direktur Eksekutif IBCA, dr. Leo Indarwahono merupakan isu bisnis bila dilihat dampaknya bagi dunia usaha.

"Prevalensi HIV dan AIDS memiliki dampak sosial ekonomi yang sangat besat bagi Indonesia dan dunia termasuk dunia usaha," katanya di sela pelatihan "Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Tempat Kerja", Jakarta, Selasa.

Dampak sosial ekonomi ini karena sejumlah alasan di antaranya, menghambat investasi dan pertumbuhan usaha, menurunkan produktivitas kerja, membebani sistem jaminan sosial dan jasa kesehatan.

Alasan lainnya ialah mengurangi penghasilan keluarga dan produktivitas rumah tangga dan meningkatkan angka kemiskinan serta meningkatnya masalah sosial ekonomi lainnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada Juni 2013 baru ditemukan sebanyak 780 kasus AIDS dan 10.250 orang yang terinfeksi HIV.

Berdasarkan wilayah persebarannya, DKI Jakarta menduduki peringkat pertama jumlah kasus HIV dan AIDS terbanyak yakni 24.807 (kasus HIV) dan 6299( kasus AIDS). Diikuti sejumlah wilayah lain seperti Jawa Timur ( 14.285 kasus HIV dan 6900 kasus AIDS), Papua (11.871 kasus HIV dan 7795 kasus AIDS), Jawa Barat (8161 kasus HIV dan 4131 kasus AIDS), Sumatera Utara ( 7078 kasus HIV dan 512 kasus AIDS) serta Bali (7073 kasus HIV dan 344 kasus AIDS).

Sebagai langkah pengendalian atas kasus ini, dr. Leo menyarankan pihak perusahaan melakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada karyawannya. "Untuk mengetahui lebih dini, sehingga dapat ditangani dengan lebih tepat," ujarnya.(*)

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013