Bandung (ANTARA News) - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono menyatakan lulusan perguruan tinggi sebagai tenaga kerja terdidik harus optimistis menyongsong ASEAN Economic Community (AEC) yang bergulir 2015.

"Para sarjana, lulusan perguruan tinggi di Indonesia harus optimis menyongsong AEC tahun 2015. Meski persaingan ketat tidak perlu khawatir atau pesimis justru harus menjadi pelecut," kata Agung Laksono saat menyampaikan paparannya pada Sidang Terbuka Senat Universitas Langlangbuana Kota Bandung, Sabtu.

Ia menyebutkan, pilihan menjadi pekerja bukan perkara mudah, karena selain harus bersaing dengan pencari kerja dari dalam negeri juga harus bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri seiring dengan berlakunya AEC.

Sebagai tuan rumah, menurut dia, tentu memiliki keuntungan karena lebih mengenal karakter dan ritme, budaya dan juga kebutuhan pekerja di dalam negeri.

"Perkembangan era pasar bebas tersebut menjadi pelecut karena dapat menjadi sebuah peluang. Agar dapat bersaing, butuh semangat tinggi. Kunci lainnya yaitu kreativitas dan inovatif," kata Agung.

Lebih lanjut, Menko Kesra menyebutkan saat AEC bergulir, sektor jasa memberi peluang pekerjaan yang cukup terbuka. Pasalnya dalam era perekonomian modern, kebergantungan pada sektor jasa cukup besar.

"Sektor jasa bisa menjadi triger berbagai aktivitas ekonomi," katanya.

Ia mencontohkan di sejumlah negara maju sektor jasa berkontribusi cukup besar dalam mendorong produk domestik bruto (PDB) dan menjadi penyerap tenaga kerja terbesar.

Hal sama di negara berkembang, sektor tersebut menjadi kekuatan utama dengan pelaku disana cukup signifikan.

Agung menyebutkan data Bank Dunia tahun 2012, sektor jasa berkontribusi 63,6 persen pada pencapaian GDP dunia.

"Sektor industri berkontribusi 30,5 persen. Lalu agriculture sebesar 5,9 persen. Di Indonesia, kontribusi jasa sebesar 38,6 persen pada pembentukan GDP nasional. Sektor industri 47 persen, dan agriculture 14,4 persen," katanya.

Pada kesempatan itu, Agung Laksono juga mendorong generasi muda, para sarjana baru untuk menumbuhkan jiwa wirausaha dan mencetak lapangan pekerjaan baru.

"Jumlah pengusaha di Indonesia saat ini masih kurang, idealnya pelaku wirausaha di suatu negara 2-4 persen dari total penduduknya," katanya.

Ia menyebutkan, berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, lulusan SMA dan perguruan tinggi setelah selesai atau lulus pendidikan memilih menjadi pekerja.

Lulusan SMA dan sederajat yang ingin bekerja 61,88 persen sedangkan sarjana yang memilih berkarir sebagai pekerja angkanya mencapai 83,20 persen. (*)

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013