Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 257 poin menjadi Rp11.779 dibanding posisi sebelumnya, Senin (25/11) Rp11.522 per dolar AS.

"Secara luas, bullish pada dolar AS berasal dari ekspektasi bahwa the Fed akan mengurangi stimulus moneternya sehingga dampaknya cukup signifikan terhadap mata uang negara berkembang termasuk Indonesia," kata analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan jika stimulus keuangan the Fed itu dikurangi maka akan membuat likuiditas dolar AS semakin ketat, apalagi menjelang akhir tahun banyak perusahaan yang membutuhkan dolar AS.

Pada grafik harian, lanjut dia, juga menunjukkan tren penguatan masih cukup dominan pada mata uang AS yang terlihat akan menguji ke level psikologis di kisaran Rp12.000 per dolar AS.

Ia mengharapkan data ekonomi Indonesia yang akan dirilis pada awal November mendatang mencatatkan hasil positif sehingga tekanan rupiah dapat mereda.

Analis pasar uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto menambahkan, saat ini sentimen penguatan rupiah masih minim, namun jika data neraca transaksi berjalan Indonesia membukukan hasil positif diperkirakan ada peluang penguatan bagi nilai tukar domestik.

"Pelaku pasar masih khawatir terhadap neraca transaksi berjalan," ujarnya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.765 dibanding sebelumnya (25/11) di posisi Rp11.722 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2013