Jakarta (ANTARA) - Indonesia melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjalin kerja sama dengan International Finance Corporation (IFC) untuk menghadapi tantangan perekonomian.

Hal itu dilakukan melalui pertemuan bilateral antara Menkeu Sri Mulyani dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di sela rangkaian agenda IMF-World Bank Spring Meetings di Washington, D.C., Amerika Serikat.

“Pertemuan bilateral ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama antara Indonesia dengan IFC serta memberikan dampak positif bagi kesejahteraan Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Dalam pertemuan tersebut, beragam topik dibahas mulai dari lanskap terkini perekonomian global dan domestik, hingga kerja sama yang sudah terjalin dan akan terjadi antara Pemerintah Indonesia dengan IFC.

Kedua belah pihak sepakat bahwa tantangan perekonomian global terus berubah dan diwarnai beragam ketidakpastian, terutama di tengah tahun pemilihan umum di lebih dari 70 negara melaksanakan pesta demokrasinya. Menurut Menkeu, hal ini akan membawa perubahan-perubahan kebijakan luar negeri di seluruh penjuru dunia.

Baca juga: RI sampaikan komitmen perangi kejahatan keuangan di FATF

Baca juga: Menkeu RI menggali pengembangan kerja sama dengan Bank Dunia


IFC sendiri merupakan salah satu perpanjangan tangan dari Bank Dunia yang berperan membantu melawan kemiskinan ekstrem di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia melalui kerja sama dengan sektor swasta.

Menkeu juga menyatakan menyambut baik inisiatif IFC untuk memperluas operasinya di Indonesia, terutama dengan komitmennya untuk terus menjaga kesejahteraan mereka yang rentan.

Hingga saat ini, investasi IFC di Indonesia telah mencapai angka 9,6 miliar dolar AS.

“Semoga kerja sama ini dapat terus memberikan jawaban terhadap tantangan perkembangan zaman,” ujar Sri Mulyani.

Diketahui, Sri Mulyani menghadiri IMF-World Bank Spring Meetings di Washington, D.C.

Menkeu berbicara mengenai kondisi perekonomian global, regional, maupun nasional yang berubah begitu cepat dan volatil selama beberapa hari ke depan dengan adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan juga di berbagai belahan dunia yang dampaknya yang sangat besar bagi perekonomian global, baik dari sisi harga komoditas, nilai tukar, tingkat inflasi, hingga suku bunga global.

Baca juga: RI jajaki kerja sama dengan EU Commissioner soal transisi energi

Baca juga: European Investment Bank dalami potensi investasi di Indonesia


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2024