Jakarta (ANTARA) - Pakar Ilmu Kesehatan Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Dina Muktiarti mengimbau masyarakat untuk mewaspadai imunodefisiensi pada tubuh anak bila ditemui gejala berupa Severe, Persistent, Unusual, dan Recurrent (SPUR).
 
"Severe itu infeksinya, jadi anaknya mungkin tadinya baik-baik, begitu kena sakit, sakitnya langsung berat. Harus masuk rumah sakit, harus dirawat, harus masuk ICU," katanya dalam diskusi tentang imunodefisiensi anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
 
Selanjutnya poin persistent, kata dia, aksudnya adalah sakit yang tidak kunjung sembuh, meski telah diobati dengan obat yang benar sesuai anjuran dokter.
 
Kemudian unusual atau tidak biasa. Ia menyebut hal yang tidak biasa terletak pada bakteri atau virus yang tidak biasanya ditemukan, yang kemudian menyerang anak, sehingga menyebabkan anak menjadi sakit.

Baca juga: Demam anak dianggap dalam batas normal bila terjadi enam kali setahun
 
"R-nya recurrent atau berulang-ulang. Misalnya otitis media atau radang di telinga, keluar cairan, sudah diobati berulang, tapi masih ada. Atau radang paru berulang-ulang, bisa tiga-empat kali setahun masuk rumah sakit," lanjutnya.
 
Dina menekankan gejala tersebut harus diwaspadai para orang tua.
 
Menurutnya, imunodefisiensi merupakan gangguan sistem imun tubuh yang bisa terjadi kepada siapapun, karena imunodefisiensi dapat diturunkan secara genetik saat dilahirkan (primer), maupun dipengaruhi oleh infeksi selama proses bertumbuh kembang (sekunder).
 
Ia mengimbau kepada para orang tua untuk segera memeriksakan terkait kondisi anaknya ke dokter jika menemukan hal tersebut.
 
"Karena semakin dini kita mendapatkan diagnosisnya, maka semakin cepat kita bisa menanganinya," ujar Dina.

Baca juga: Dokter: Imunitas anak lebih rentan di musim hujan
 
Dina juga mengimbau kepada para orang tua untuk melengkapi dosis imunisasi rutin lengkap pada anak, karena imunisasi dapat mencegah anak dari infeksi yang dapat menyebabkan imunodefisiensi sekunder.
 
Terkait imunisasi, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah berkomitmen dalam intensifikasi program imunisasi rutin lengkap serta skrining kesehatan dasar guna mencegah masyarakat jatuh sakit, atau menjaga agar masyarakat tetap sehat melalui program promotif dan preventif.
 
Hal tersebut dibahas dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2024 dengan penyusunan Rencana Induk Bidang Kesehatan (RIBK) sebagai haluan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam merencanakan, menganggarkan, dan mengimplementasikan, program kesehatan di daerah.
 
"Ekspansi pemeriksaan hipotiroid kongenital akan terus diperluas, untuk ibu hamil diperiksa kehamilannya enam kali, dan intensifikasi program imunisasi nasional," kata Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin (24/4).

Baca juga: Presiden ingin perencanaan kesehatan daerah terintegrasi dengan pusat
Baca juga: Jokowi soroti kerugian Rp180 triliun karena WNI berobat ke luar negeri

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024