Jakarta (ANTARA News) - Academy of Motion Picture Arts and Science pada Selasa lalu (31 Desember 2013) mengumumkan 15 film dokumenter yang akan dipilih untuk mendapatkan anugerah Oscar ke-86 pada 2014, termasuk film "Act of Killing" garapan sutradara Joshua Oppenheimer.

Menurut The Hollywood Reporter, 147 film dokumenter lolos kualifikasi, namun 15 yang kemudian diumumkan berpacu untuk meraih Oscar.

Salah satu dari 15 film dokumenter itu adalah film arahan sutradara Joshua Openheimer tentang testimoni pelaku sejarah Indonesia pada masa yang disebut Orde Baru (Orba) sebagai pasca-Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI) berjudul "Act of Killing", yang dalam versi bahasa Indonesia bertitel "Jagal".

"Kami sangat berterima kasih atas nominasi Academy Award ini. Nominasi punya makna lebih daripada sekadar penghargaan bagi kami sebagai pembuat film," catat Joshua dalam surat elektroniknya yang diterima ANTARA News.

Hanya beberapa bulan dari sekarang, menurut dia, rakyat Indonesia akan berangkat ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih presiden baru.

Ia menyinggung pula, dengan salah satu calon kuat yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan, dan masih diteruskannya glorifikasi sejarah genosida untuk membangun iklim ketakutan, ada risiko nyata bahwa negeri ini akan mundur kembali ke kediktatoran militer.

"Kami berharap bahwa nominasi ini akan menjadikan film Jagal, dan persoalan impunitas yang diangkatnya, di halaman depan surat kabar Indonesia, pada saat orang-orang Indonesia harus segera membicarakan dengan serius bagaimana impunitas yang berkaitan dengan pembunuhan massal telah menyebabkan kekosongan moral yang dipenuhi ketakutan, korupsi, dan premanisme," catat Joshua.

Jagal (The Act of Killing), menurut dia, tidak akan ada tanpa penyintas genosida 1965, yang dengan berani menentang ancaman tentara untuk menyampaikan cerita mereka kepada kami, dan mengilhami kami untuk membuat film ini.

Film itu juga tidak akan pernah ada tanpa awak film Indonesia tak bernama, terutama asisten sutradarayang disebut Joshua sebagai "Anonim".

Para awak film "Jagal", dicatatnya, telah menyumbangkan delapan tahun dari kehidupan mereka  untuk membuat karya sinematografi tersebut, sekalipun mereka tahu bahwa tanpa perubahan politik mendasar, mereka takkan bisa menerima penghargaan atas karya mereka itu.

"Semoga nominasi ini mendorong pemerintah Indonesia untuk, pada akhirnya, mengakui genosida 1965, dan rezim penebar ketakutan yang dibangun di atasnya sebagai sebuah bencana moral," jelas Joshua.

Selain itu, ia berharap, "Semoga nominasi ini mendorong rakyat kebanyakan Indonesia untuk menuntut para pemimpinnya agar bertanggung jawab atas kejahatannya, baik itu genosida, korupsi, atau penggunaan preman untuk kerja-kerja kotor mereka."

Ia menambahkan, "Semoga nominasi ini mengilhami semua orang Indonesia untuk bekerja bersama-sama demi kebenaran, keadilan, dan rekonsiliasi."

Asisten Sutradara "Act of Killing" yang disebut "Anonim" dalam surat elektronik yang sama mengemukakan, "Diplihnya film 'Jagal' dalam nominasi piala Oscar adalah sebuah kehormatan besar bagi kami, para awak film Indonesia karena hal ini adalah sebuah pengingat atas segala yang terlupakan dan disembunyikan sepanjang sejarah gelap kemanusiaan."

Di Indonesia, menurut dia, mereka berharap bahwa nominasi tersebut menjadi pengingat bagi khalayak luas bahwa kebenaran belum lagi diungkapkan, keadilan belum lagi ditegakkan, permintaan maaf belum lagi dikatakan, korban belum direhabilitasi, apalagi mendapatkan kompensasi.

Diskriminasi terhadap para penyintas dan keluarga korban, dikemukakannya, masih berjalan, sementara sejarah yang diajarkan di sekolah masih bungkam mengenai kekejaman, bahkan menggambarkan pembantaian yang kejam terhadap mereka yang dituduh komunis itu sebagai perjuangan heroik.

"Semoga nominasi ini mengingatkan kita semua bahwa salah satu arsitek pembantaian massal masih mungkin akan diangkat sebagai pahlawan nasional tahun ini," catatnya.

Ia pun berharap, "Act of Killing" dan nominasinya di Oscar mengingatkan bahwa kejadian tragedi kemanusiaan tersebut dibuat agar rakyat menjadi lumpuh dalam ketakutannya, sehingga rakyat banyak tak berani dan tak bisa berbuat banyak untuk menggugat korupsi yang menjalar ke seluruh penjuru di segala bidang.

"Kami berharap nominasi ini akan mengingatkan kita, umat manusia di dunia, untuk selalu melawan lupa," demikian Anonim.

Film "Jagal" juga sempat memicu perseteruan pendapat yang dikemukakan pemeran utamanya, Anwar Congo.

Anwar kepada pers nasional sempat mengaku tertipu oleh Joshua Oppenheimer yang dalam film "Jagal" menceritakan eksekusi orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dilakukannya.

"Saya melakukan itu bukan karena saya orang yang sadis dan tak berperikemanusian atau pun pembunuh bayaran. Saat itu saya beserta angkatan 66 masuk ke dalam sejarah ini karena memperjuangkan Indonesia yang saat itu dirongrong oleh PKI," ujarnya pada awal Oktober 2012.

Berikut daftar lengkap 15 film dokumenter yang akan berpacu mendapatkan Oscar yang akan dianugerahkan pada 2 Maret 2014 di Dolby Theatre, Hollywood & Highland Center:

2. The Armstrong Lie
3.  Blackfish
4. The Crash Reel
5. Cutie and the Boxer
6. Dirty Wars
7. First Cousin Once Removed
8. God Loves Uganda
9. Life According to Sam
10. Pussy Riot
11. The Square
12. Stories We Tell  
13. Tim’s Vermeer
14. 20 Feet From Stardom
15. Which Way Is the Front Line from Here?

(*)

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2013