Yogyakarta (ANTARA News) - Pencalonan seorang artis atau selebriti untuk menduduki jabatan di birokrat, seperti yang diusung sejumlah partai politik di Indonesia sekarang ini, cenderung dimanfaatkan sebagai `mesin` untuk memperoleh keuntungan bagi parpol itu sendiri. "Pencalonan ini lebih cenderung parpol ingin menjadikan mereka sebagai `mesin` untuk menguntungkan parpol melalui popularitas mereka," kata pengajar Jurusan Sosiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Kun Haribowo SSos MA, kepada ANTARA, Minggu. Menurut dia, parpol hanya memanfaatkan mereka guna memperoleh dukungan massa untuk meraih kemenangan dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah (pilkada). "Bahkan ada yang lebih ekstrim lagi, yakni memanfaatkan mereka untuk mencari dana bagi parpol, sehingga jika para artis maupun selebritis kurang jeli dan matang dalam berpolitik, justru bisa masuk penjara karena tersandung berbagai kasus," katanya. Ia mencontohkan kasus yang menimpa seorang pialang saham, Theo F. Toemion, yang justru terjerumus dan masuk penjara karena tersangkut kasus korupsi setelah ia berkecimpung dalam dunia politik melalui salah satu parpol. "Dari sisi materi mungkin mereka sudah berkecukupan, namun kadang ini yang justru dimanfaatkan parpol untuk mencari keuntungan kelompoknya," kata dia. Dikatakannya mungkin mereka tidak tergiur untuk melakukan korupsi karena sudah kaya. Tetapi kemungkinan nanti mereka akan mengeluarkan kebijakan yang hanya menguntungkan sepihak, dan ternyata kebijakan itu menyalahi aturan, sehingga menyeret mereka ke penjara. "Kita bisa bercermin atau belajar dari selebritis di Amerika yang menjadi birokrat seperti Ronald Reagen atau Arnold, tetapi mereka ini mampu menunjukkan kinerja yang baik. Sedangkan untuk artis atau kalangan selebritis Indonesia belum terlihat ada yang memiliki kemampuan yang mencolok," katanya. Ia juga mencontohkan mantan Presiden Philipina Joseph Estrada yang justru meringkuk dalam penjara setelah menjadi presiden. "Artis semacam itu seperti pelawak, dan mereka jadi presiden juga tidak punya konsep yang baik dan matang, sehingga terkesan negara hanya dibuat main-main seperti lelucon," kata Kun Haribowo. Menurutnya, apabila belum memiliki konsep yang jelas dan matang di perpolitikan, jangan asal terjun, karena dapat berakibat fatal. "Mungkin mereka akan memenangkan pemilu atau pilkada karena masyarakat tertarik dengan figur mereka. Tetapi apakah mereka mampu bekerja dengan baik, itu yang menjadi tantangan," kata dia. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006