Jakarta (ANTARA) - PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) melakukan pendampingan kepada petani padi untuk mengolah lahan tidak produktif seluas enam hektare (ha) di Desa Kedung Rawan, Sidoarjo, Jawa Timur, dan mampu menghasilkan delapan ton gabah per ha pada musim tanam (MT) ketiga.

Rice Business Head WPI Saronto menjelaskan dalam program pendampingan, yang telah berlangsung sejak 2023, pihaknya mendampingi petani menghidupkan kembali lahan tidak produktif hingga mampu memanen hasilnya.

"Keberhasilan ini bisa menunjukkan ke petani, kalau dikelola dengan baik hasilnya akan bagus," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, sesuai komitmen awal pendampingan perusahaan hanya dilakukan hingga tiga kali musim tanam, kemudian lahan akan dikembalikan ke masyarakat untuk dikelola secara mandiri.

Meski demikian, tambahnya, pihaknya akan tetap memberikan pendampingan teknis hingga petani mampu mengelola sendiri, perusahaan juga membangun pintu air khusus untuk lahan tersebut di saluran irigasinya.

"Kemitraan ini tetap berlanjut karena kami menyerap hasil panen petani," ujar dia.

Saronto menjelaskan awalnya, lahan tidak produktif tersebut sudah 10 tahun tidak digarap petani karena termasuk ke dalam daerah banjir, kemudian ditawarkan ke pihaknya agar memberikan pendampingan ke petani.

Menghidupkan lahan tidur tidak mudah, tambahnya, pada MT satu, pengelolaan lahan dapat dikatakan gagal karena masih lahan banyak gulma yang tumbuh dan menelan biaya cukup besar, saat panen hasilnya hanya 1,6 ton per ha dari target 6 ton per ha.

Belajar dari MT satu, perusahaan mulai menganalisa kembali dan melakukan perbaikan pada pengelolaan lahan. Pada MT dua, selain biaya dapat ditekan, hasil panen melonjak hingga 6 ton per ha.

Dia menambahkan, pengelolaan lahan tidur bertujuan untuk mendukung peningkatan produksi pangan melalui lahan yang sudah ada. Perusahaan berencana kembali melakukan pendampingan lahan tidak produktif lainnya, salah satunya ada di Mojokerto seluas 20 ha.

"Kendalanya adalah biayanya besar dan potensi gagal pada MT satu, itu yang menyebabkan lahan tidur banyak yang dibiarkan," ujarnya.

Sebelumnya Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo, Jawa Timur Abriyani Susilowati mengatakan, kemitraan antara pemerintah, perusahaan dan petani dinilai seperti gayung bersambut karena adanya bantuan bagi kebutuhan petani.

Saat ini semakin banyak petani berusia lanjut sehingga tenaganya berkurang. Sementara, kebutuhan pangan terus meningkat yang dibarengi dengan luas lahan yang berkurang.

"Kami menyambut baik kerja sama ini, dengan harapan dapat membantu petani dan mendapatkan hasil yang lebih baik," katanya di sela Panen Padi Swa Kelola di Desa Kedung Rawan, Rabu (8/5/2024).

Ketua Kelompok Tani Suko Tani Imam Baihaqi mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi karena mendapat pendampingan dari perusahaan dan dinas pertanian daerah dalam menghidupkan lahan tidak produktif.

"Petani juga tidak perlu keluar modal karena sarana produksi telah disediakan perusahaan. Petani juga bisa menjual hasil panennya ke perusahaan, sehingga tidak perlu lagi tergantung tengkulak," katanya.

Imam menyatakan pihaknya berkomitmen untuk meneruskan metode yang diajarkan dalam pendampingan tersebut serta akan mengajak petani lainnya untuk bergabung dalam program tersebut.

Selain WPI, program pendampingan tersebut juga didukung oleh PT Wilmar Chemical Indonesia yang memproduksi pupuk dan Syngenta yang menyediakan pestisida.

Baca juga: Wilmar serap SDM lokal dukung pembangunan daerah
Baca juga: WPI siapkan kemitraan dengan petani di Jawa Tengah
Baca juga: WPI tingkatkan kemitraan dengan petani jadi 20 ribu ha

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024