Guangzhou (ANTARA) - Nilai impor buah China dari lima negara di sepanjang Sungai Mekong mencapai 10,68 miliar dolar Amerika Serikat (1 dolar AS = Rp16.054) pada 2023, menyumbang hampir 60 persen dari total impor buah-buahan negara tersebut.

Data tersebut dirilis pada Jumat (10/5) oleh pemimpin Pusat Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri di bawah Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China Guo Libin, dalam Lokakarya Pengembangan Industri Buah Lancang-Mekong yang digelar di kota metropolitan Guangzhou, China selatan.

Menurut lokakarya tersebut, durian, mangga, pisang, lengkeng, manggis, kelapa, dan buah-buahan lainnya dari negara-negara Sungai Mekong dan negara-negara Asia Tenggara lainnya sangat populer di kalangan konsumen China. Tak jauh berbeda, kurma, kesemek, pir, delima, dan blewah China telah memasuki pasar Asia Tenggara, dikenal dengan kualitasnya yang sangat baik, harganya yang kompetitif, dan rasanya yang lezat.

Setelah perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) diimplementasikan, kerja sama ekonomi dan perdagangan antara China dan negara-negara Sungai Mekong menjadi semakin erat, dan perdagangan untuk produk-produk pertanian, termasuk buah-buahan dan sayuran, mencatatkan pertumbuhan berkelanjutan, menurut Guo.

"Berkat Jalur Kereta China-Laos, buah-buahan dari negara-negara Sungai Mekong dapat masuk ke China dengan lebih cepat, memberikan ruang yang lebih luas untuk kerja sama pertanian," ujar Guo.

Enam negara, yaitu China, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam, bersama-sama membentuk kerangka Kerja Sama Lancang-Mekong. Negara-negara ini dilewati oleh sungai yang sama, yang disebut Sungai Lancang di China dan Sungai Mekong di lima negara lainnya sebelum bermuara di laut. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2024