Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini likuiditas pasar modal domestik masih baik meski bank sentral AS (the Fed) melakukan pengurangan stimulus keuangan (tapering off).

"Sentimen likuiditas itu berjangka pendek. Investor tentu sudah mengantisipasi langkah the Fed jadi atau tidaknya tapering off dilakukan, apalagi isunya sudah cukup lama. Stimulus keuangan masih tetap ada meski nilainya bisa saja berkurang, dan likuiditas di pasar masih tetap ada," ujar Direktur Utama BEI, Ito Warsito di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa investor asing masih akan menempatkan dana investasinya ke Indonesia. Hal itu dikarenakan pertumbuhan perekonomian Indonesia tetap akan menjadi nomor dua tertinggi setelah China di negara-negara anggota G20.

"Kalau saya boleh kasih saran, investasi-lah di Indonesia. Indonesia tetap menjadi negara nomor dua dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di negara G20," ucapnya.

Ito mengakui bahwa pelaku pasar asing mencatatkan jual bersih (net sell) sekitar Rp17 triliun di pasar modal Indonesia. Keluarnya dana asing itu terhitung sejak pertengahan Mei 2013 lalu paska munculnya isu pengurangan stimulus the Fed.

"Dari Januari sampai Mei itu net buy sekitar Rp15 triliun, setelah itu net sell karena nilai tukar rupiah melemah. Sebenarnya, investor asing cukup sederhana dalam berinvestasi. Jika mereka (investor asing) memprediksi rupiah masih terus melemah, mereka akan jual selagi harga dalam dolar AS-nya masih tinggi. Tetapi, ketika rupiah stabil mereka akan masuk lagi," kata Ito menjelaskan.

Menurut Ito, investor asing di Indonesia mengharapkan mendapat keuntungan dari dua sisi, yakni dari pertumbuhan harga saham, dan rupiah.

Ia mengharapkan Bank Indonesia memberikan sinyal bahwa nilai tukar rupiah telah stabil, kondisi itu akan membuat investor asing menjadi lebih mudah membuat keputusan untuk kembali berinvestasi ke pasar Indonesia.

"Mungkin, saat ini asing belum mempunyai clue (petunjuk) kisaran rupiah. Mungkin juga investor asing wait and see," ujarnya.

Ito mengatakan bahwa investor asing tidak mungkin menahan dananya dalam satu tempat, mereka akan mencari negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi karena hal itu memberi harapan terhadap kenaikan nilai invesasinya.

"Indonesia tahun depan pun akan tetap menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi kedua di negara G20," kata Ito menegaskan.(*)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013