Jakarta (ANTARA News) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengibaratkan pemberian subsidi BBM layaknya orang yang menderita usus buntu yang alih-alih diberi obat sementara tapi penyakitnya tetap ada.

"Subsidi BBM ini ibarat orang usus buntu, kalau tidak dioperasi suatu hari akan meletus juga, tiap hari dikasih panadol melulu," kata Ahok di Balaikota, Kamis.

Ahok mengatakan keadaan tersebut tidak bisa dibiarkan terus menerus karena bisa menjadi bom waktu.

"Kalau harga minyak naik terus, lifting minyak kita kurang, Dolar naik terus, ini sekarang sudah Rp12.000 loh, kalau orang masih tidak sadar, mau meledak apa bangsa ini? Mau APBN-nya habis buat subsidi?" katanya.

Oleh sebab itu, Ahok mengatakan DKI Jakarta akan menerapkan pencabutan subsidi BBM di Jakarta.

"Makanya Pak Gubernur ingin Jakarta jadi model gitu loh, kalau jadi model lebih kurangnya seperti apa, ini akan membuat daerah lain jadi ikut," katanya.

Dalam perencanaan pencabutan subsidi BBM, Pemprov DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

"Yang kami maksud cabut subsidi adalah menghilangkan suplai BBM subsidi ke tengah-tengah DKI, kalau menghilangkan subsidi itu urusan pusat, urusan DPR, kalau DPR sudah menganggarkan subsidi BBM sekian triliun sekian triliun, itu urusan pemerintah, kami tidak bisa ubah," katanya.

Dengan pencabutan subsidi BBM, Ahok berharap Jakarta bisa bebas macet sekaligus bebas polusi.

"Kalau orang pada ngisi BBM bersubsidi di luar DKI Jakarta, otomatis kemacetan akan berkurang seperti itu kan, ini yg kami akan lakukan," katanya.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013