Washington (ANTARA News) - Pihak berwenang Amerika Serikat mendakwa seorang eksekutif Microsoft dan teman yang juga rekan bisnisnya melakukan insider trading dengan memanfaatkan informasi rahasia mengenai investasi Microsoft di waralaba penjual buku Barnes & Noble.

Dakwaan kriminal dialamatkan kepada manajer portofolia Microsoft Brian Jorgenson dan temannya Sean Stokke.

Menurut Bapepam AS (SEC), Jorgenson dan Stokke secara bersama-sama mengeduk keuntungan sebanyak 393.125 dolar AS (Rp4,7 miliar) dari skema licik yang mereka mulai sejak April 2012 itu.

SEC mengatakan Jorgenson membocorkan informasi kepada Stokke menjelang pengumuman bahwa Microsoft berniat menginvestasikan 300 juta dolar AS (Rp3,6 triliun) pada Barnes & Noble.

Jorgenson mendapatkan informasi ini karena dia memang bekerja di Microsoft. Setelah pengumuman investasi itu pada 30 April 2012, harga saham Barnes & Noble melonjak 51 persen hari itu sehingga kedua orang itu untung 185.000 dolar AS (Rp2,2 miliar).

Dalam perkara kedua, kedua orang ini berkolusi untuk membeli opsi beli saham Microsoft sebelum perusahaan itu mengumumkan laporan keuangannya pada Juli 2013.

Karena tugasnya di Microsoft, Jorgenson menyiapkan analisis tertulis mengenai bagaimana pasar akan bereaksi terhadap berita-berita negatif bahwa pendapatan Microsoft mencapai 11 persen di bawah prediksi semula, kata SEC seperti dikutip AFP.

Dia sudah memperkirakan harga saham Microsoft akan jatuh setidaknya enam persen dan ini memberi peluang Stokke yang memiliki opsi beli di mana opsi ini memberi seorang trader mengail untung dari saham yang harganya jatuh.

SEC mengungkapkan lewat skema ini Stokke mengail untung lebih dari 195 ribu dolar AS (Rp2,34 miliar).

Kedua orang ini sebelumnya bekerja bersama pada sebuah perusahaan manajemen asset.

Di Amerika Serikat, pelaku insider trading bisa dikenai hukuman penjara sampai 20 tahun dan denda maksimal 5 juta dolar AS (Rp60 miliar), demikian SEC seperti dikutip AFP.

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2013