Jakarta (ANTARA) - Biksu menjelaskan bahwa perjalanan spiritual thudong ditujukan untuk melatih diri hidup sebagaimana pohon yang sudah ditanam serta melepaskan berbagai keburukan yang menempel pada jiwa.

"Thudong itu bermaksud melatih diri tentang hidup seperti pohon yang sudah ditanam. Tidak ada satu pohon pun yang sudah ditanam tidak mau tumbuh ke atas, manusia juga sama. Semakin jalan ribuan kilo sama dengan melepas semuanya yang berat-berat dibuang," kata Bhante Kamsai Sumano Mahathera dalam acara penyambutan para biksu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Selasa.

Sebagaimana ajaran Sang Buddha, Bhante Kamsai menuturkan, perjalanan spiritual thudong mengutamakan niat dan hati.

Ia mengatakan bahwa latihan yang dijalani oleh para biksu yang melaksanakan thudong mencakup penggunaan pakaian. Para biksu harus memakai satu jubah dalam waktu lama untuk melatih penerapan kesederhanaan.

"Ini melatih juga makanan. Kami bertekad makan sekali sehari, seperti kami ada yang berusia 40, 50, 70 tahun makan sekali sehari juga," katanya.

Pilihan tempat singgah selama perjalanan, ia melanjutkan, juga menjadi bagian dari latihan yang dijalani oleh para biksu. Dalam hal ini, ada biksu memilih untuk tidur di hutan, di bawah payung meditasi, atau tempat tanpa bangunan.

Baca juga: Wajah ramah Indonesia kala menyambut biksu thudong

Bhante Kamsai dan Bhante Yutthana Liwpranitan juga mengemukakan rasa takjubnya terhadap toleransi antarumat beragama yang ditunjukkan oleh masyarakat di Indonesia.

"Misalnya itu kalau tidak salah ada sungai di Semarang, sungainya tidak bisa dilewati. Tidak ada jalan, ternyata semua umat bergotong royong, bikin jembatan buat kami mau lewat tahun ini. Kami belum datang jembatan sudah selesai," kata dia.

Kuatnya kerukunan antarumat beragama tersebut, menurut dia, membuat banyak tokoh agama Buddha jatuh cinta dan ingin tinggal dalam jangka waktu lama di Indonesia.

"Banyak yang bertanya pada kami, kenapa pilih Indonesia? Mereka banyak Muslim, kenapa enggak pilih negara yang banyak umat Buddha semuanya? Kami enggak tahu, ini jodoh," kata Bhante Kamsai.

Baca juga: TMII dinilai cocok jadi tempat penyambutan biksu pelaksana thudong
Baca juga: Perayaan Waisak 2024 di Borobudur kedepankan kesakralan


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2024