Surabaya (ANTARA) - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama Unicef dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengkampanyekan pencegahan gizi buruk dan stunting dengan melibatkan sebanyak 101 Ning dari Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) melalui roadshow di kampus setempat, Rabu.

Chief Field Office Unicef di Surabaya Arie Rukmantara menyatakan roadshow itu juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif anggota masyarakat, khususnya dari organisasi berbasis agama untuk berperan aktif dalam deteksi dini dan rujukan tepat waktu bagi anak-anak yang menderita wasting atau gizi buruk.

Baca juga: RUU KIA diharap perkuat komitmen pemerintah turunkan stunting

"Unicef percaya slogan anak-anak muda terkini, colabs or collapse, berkolaborasi atau gagal. Kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan organisasi berbasis agama dan organisasi wanita sangat penting untuk cegah dan deteksi dini wasting, salah satu bentuk kekurangan gizi pada anak balita yang sangat berbahaya," katanya.

Ia mengatakan, kolaborasi dengan organisasi berbasis agama penting, karena menjadi salah satu instrumen bagus untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih mudah diterima dan dilakukan.

"Kerja sama ini penting untuk mendekatkan diri pada populasi muda, untuk menjadi promotor edukator wasting sebelum stunting," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, ia membeberkan bahwa hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia bertahan di angka 21,5 persen. Sedangkan prevalensi wasting mengalami kenaikan dari 7,7 persen di 2022 menjadi 8,5 persen di 2023.

Prevalensi wasting di Jatim hanya mengalami sedikit penurunan dari 9,2 persen pada 2019 menjadi 7,2 persen pada 2022. Sehingga, perlu kolaborasi untuk mempercepat penurunan angka gizi buruk tersebut.

Baca juga: Jakut ajak masyarakat terlibat aktif tingkatkan capaian imunisasi

Sementara itu, Rektor Unusa Prof. Achmad Jazidie bersyukur atas kepercayaan yang telah diberikan, sehingga Unusa menjadi tempat berkumpulnya 101 ning untuk mengkampanyekan pencegahan wasting dan stunting.

"Unusa satu himpunan atau satu rumpun dengan ning-ning yang kali ini dilibatkan dalam penanganan bebas wasting, supaya tidak stunting," tuturnya.

Unusa, kata dia, berkomitmen menangani gizi buruk bersama Unicef untuk memastikan masa depan Indonesia yang sehat. Menurutnya, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan.

Pertama pendekatan sensitif yang menjadi urusan tim kesehatan dan gizi. Kedua pendekatan spesifik, yang melibatkan banyak peran, mulai dari perguruan tinggi, organisasi wanita atau remaja, hingga perangkat desa.

"Kalau kita tidak bisa mengatasi stunting di republik ini, kita semua mengalami dosa konstitusi. Karena janji konstitusi itu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan anak-anak kita, yang mengidap stunting itu mengalami hambatan buat kecerdasan," katanya.

Baca juga: Pemkot Bengkulu perkuat pendampingan ibu hamil guna tekan stunting

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Sambas
COPYRIGHT © ANTARA 2024