Jakarta (ANTARA) - Akademisi IPB University Dr Muhammad Agil menyoroti pentingnya penerapan teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology/ART) dan biobank dalam upaya konservasi badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) yang terancam punah.

"Pemerintah mendeklarasikan akhir 2018, awal 2019 menempatkan ART dan bionbank itu merupakan backbone konservasi badak sumatra untuk mencegah kepunahan. Sehingga kami mendapatkan penugasan untuk mengembangkan teknologi tersebut," ujar Muhammad Agil sebagai akademisi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University dalam diskusi "Pekan Keanekaragaman Hayati 2024" diikuti daring dari Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan terdapat sejumlah faktor yang harus diperhatikan dalam populasi badak sumatra di Suaka Rhino Sumatera termasuk faktor usia badak dengan mayoritas mendekati usia tua dan kualitas sperma badak jantan yang rendah.

"Yang mengkhawatirkan lagi adalah badak-badak betinanya memiliki kondisi patologis, ada tumor kemudian kista di dalam saluran kelaminnya dan yang terakhir terkait keragaman genetik itu berhubungan erat. Yang jantan hampir semuanya itu kakak beradik kemudian anak," katanya dalam diskusi yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) itu.

Untuk badak sumatra yang ada di luar negeri, dia mengatakan, telah dilakukan material biologinya disimpan di Kebun Binatang San Diego, Amerika Serikat.

Baca juga: Wamen LHK: Indonesia toreh beragam keberhasilan cegah kepunahan satwa

Dari kondisi-kondisi tersebut maka diperlukan langkah tambahan untuk memastikan populasi badak sumatra, dengan terdapat 10 individu di penangkaran dan estimasi 1-3 individu badak liar tersisa di TN Way Kambas.

"Sehingga dari kondisi-kondisi ini maka sebagai backbone untuk konservasi badak sumatra untuk mencegah kepunahan adalah dengan ART dan biobank karena kita bisa memanfaatkan semua material yang ada," kata ketua Tim ART IPB University itu.

Penerapan ART dan biobank diperlukan karena inseminasi buatan tidak memungkinkan dilakukan untuk populasi badak sumatra saat ini, sebagai akibat kualitas sperma yang rendah.

Untuk itu, terdapat potensi dilakukan in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung dan kloning untuk mendorong populasinya.

"Yang ketiga pada saat kemudian tidak memungkinkan untuk mentransfer embrio dari badak ke badak lagi karena jumlahnya sangat sedikit yang kondisinya baik, apakah mungkin kita punya surrogate mother atau ibu titip untuk menempatkan embrionya maka kita harus mengembangkan inner cell mass exchange," kata Agil.

Inner cell exchange dilakukan dengan menggunakan cangkang embrio dari satwa lain yang dimasukkan embrio badak dan disimpan di dalam spesies tersebut untuk dapat menghasilkan anak badak.

Dia mengatakan spesies terdekat yang dapat melakukan itu adalah kuda.

Ia mengatakan Tim ART mencanangkan program periode 2022-2027 dengan target pada 2027 dapat dilakukan transfer embrio badak sumatra pada indukan resepien.

Baca juga: BKSDA bangun suaka alam selamatkan badak sumatra di Aceh Timur
Baca juga: KLHK: Teknologi reproduksi berbantuan tambah populasi badak sumatra
Baca juga: Penyelamatan populasi badak sumatra sangat penting saat ini


Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024