Jakarta (ANTARA) - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) meluncurkan "White Paper" infrastruktur identitas digital terdesentralisasi berbasis teknologi blockchain atau IDCHAIN dan aplikasi e.id. sebagai kontribusi mewujudkan Indonesia berdaulat digital.

"Aplikasi e.id Wallet dan IDCHAIN yaitu infrastruktur identitas digital Indonesia yang merupakan cikal bakal infrastruktur kolaborasi identitas digital baik untuk kepentingan nasional dan global," ujar Ketua PANDI John Sihar Simanjuntak di Jakarta, Kamis.

John mengatakan adanya identitas digital yang berintegritas merupakan salah satu kunci Indonesia berdaulat digital. Adapun blockchain sebagai teknologi yang terdesentralisasi dan bersifat tidak dapat diubah (immutable) merupakan metode yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut.

Baca juga: Kemenkominfo-PANDI sinergi atasi konten judi online di web pemerintah

John menjelaskan, secara konseptual IDCHAIN merupakan jaringan blockchain untuk meningkatkan keamanan identitas digital dan memberdayakan pengguna dengan memberikan kontrol atas data pribadi mereka.

Sementara aplikasi e.id merupakan dompet identitas yang dirancang untuk mengelola identitas digital dengan mengintegrasikan domain .id, alamat web, dan dokumen identifikasi resmi seperti kartu identitas dan paspor menjadi identitas digital yang terpadu.

"Ini adalah aplikasi yang dimungkinkan untuk dipakai sebagai alat untuk melakukan verifikasi identitas," kata dia.

Baca juga: PANDI Meeting akan bahas gagasan Indonesia Berdaulat Digital

Lebih lanjut John menyampaikan bahwa pihaknya bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika terus melakukan pengkajian untuk memperbaiki struktur pengelolaan nama domain di Indonesia

Saat ini, PANDI mengelola domain sebanyak 951 ribu. Jumlah tersebut dinilai masih sangat kecil yakni hanya 0,3 persen dari total populasi Indonesia atau dengan jumlah pengguna internet yang berkisar 170 juta.

Baca juga: PANDI targetkan 1,2 juta domain bisa digunakan di 2024

Menurut dia, masih sedikitnya jumlah domain tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti kesadaran masyarakat yang masih kurang serta kemampuan literasi masyarakat untuk membuat dan menggunakan situs web dan domain yang masih rendah.

"Programnya PANDI adalah bagaimana domain itu menjadi demarkasi wilayah digital secara global dan juga PANDI ingin meningkatkan literasi melalui berbagai kegiatan lokakarya dan pelatihan untuk masyarakat secara umum. Target tahun ini kita 1,2 juta domain," kata John.

Baca juga: PPI Dunia dan bio link s.id populerkan layanan buatan Indonesia

Baca juga: PANDI promosikan "s.id" pada ajang APTLD di Korea Selatan

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Siti Zulaikha
COPYRIGHT © ANTARA 2024