Purbalingga (ANTARA) - Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga R Budi Setiawan memastikan seluruh objek wisata di Purbalingga, Jawa Tengah, aman dikunjungi wisatawan karena berada cukup jauh dari radius bahaya erupsi Gunung Slamet.

"Kami sudah berkoordinasi dengan seluruh pengelola objek wisata di Purbalingga terkait dengan adanya perluasan radius bahaya erupsi Gunung Slamet menjadi 3 kilometer dari kawah puncak gunung," kata Budi Setiawan di Purbalingga, Jumat.

Ia mengatakan berdasarkan hasil koordinasi tersebut dapat dipastikan objek-objek wisata itu aman dikunjungi wisatawan karena berada jauh dari radius bahaya erupsi Gunung Slamet.

Dalam hal ini, dia mencontohkan dua objek wisata yang berjarak cukup dekat dengan puncak Gunung Slamet, yakni Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) dan Goa Lawa Purbalingga (Golaga).

"D'LAS berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Gunung Slamet, sedangkan Golaga jaraknya sekitar 6-7 kilometer. Bahkan Jumat (17/5) ini, banyak wisatawan dari berbagai daerah seperti Kabupaten Cilacap yang berkunjung ke D'LAS, aktivitas berjalan normal," katanya.

Selain itu, kata dia, aktivitas warga Desa Gunungmalang tetap berjalan normal meskipun jarak desa yang sering dikunjungi wisatawan minat khusus tersebut dekat dengan puncak Gunung Slamet.

Baca juga: Gunung Slamet mengalami peningkatan aktivitas gempa

Baca juga: Banyumas harapkan Jazz Gunung Slamet tingkatkan kunjungan wisatawan


Kendati demikian, dia mengatakan jalur pendakian Gunung Slamet melalui Dukuh Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, telah ditutup sejak adanya peningkatan aktivitas gunung terbesar di Pulau Jawa itu.

Disinggung mengenai persiapan penyelenggaraan Festival Gunung Slamet (FGS) 2024, Budi mengatakan hingga saat ini terus berjalan sesuai rencana karena kegiatan wisata tahunan yang akan digelar di Desa Wisata Serang pada 12-14 Juli itu telah menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) Tahun 2024.

"Kami juga mengundang kabupaten-kabupaten sekitar untuk ikut meramaikan kegiatan tersebut," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas Wardoyo mengatakan objek wisata di Banyumas khususnya yang berada di kaki Gunung Slamet tetap aman dikunjungi wisatawan.

Menurut dia, hal itu disebabkan jarak objek wisata tersebut cukup jauh dari radius bahaya erupsi Gunung Slamet.

"Misalnya objek wisata yang ada di Kecamatan Baturraden seperti Lokawisata Baturraden berjarak sekitar 12 kilometer dari puncak Gunung Slamet, jadi tetap aman dikunjungi wisatawan," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengimbau pelaku wisata di sekitaran Baturraden untuk tetap tenang dan melakukan aktivitas seperti biasa.

Selain itu, kata dia, calon wisatawan yang hendak berwisata ke Baturraden diimbau untuk tidak terpancing informasi-informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya terkait dengan aktivitas vulkanik Gunung Slamet.

"Kami selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait dengan perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Slamet," kata Wardoyo.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menaikkan tingkat aktivitas Gunung Api Slamet dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) terhitung mulai 19 Oktober 2023, pukul 08.00 WIB, dan merekomendasikan agar masyarakat maupun wisatawan untuk tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet.

Selanjutnya pada hari Kamis (16/5), Badan Geologi memperluas jarak rekomendasi menjadi 3 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet meskipun gunung yang berada di wilayah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal dan Brebes itu masih berstatus Waspada atau Level II.

Perluasan jarak rekomendasi tersebut dilakukan karena berdasarkan hasil pengamatan data-data pemantauan menunjukkan adanya peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi.

Potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini berupa erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak di dalam radius 3 kilometer.

Selain itu, hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin.

Baca juga: PVMBG imbau masyarakat sekitar Gunung Slamet tetap tenang

Baca juga: Aktivitas Gunung Slamet tidak pengaruhi wisatawan ke Baturraden

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2024