Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Kebersihan Kota (DLHK3) Banda Aceh menyebut produksi sampah oleh masyarakat kota itu mencapai 258 ton per hari, dan masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa.

“Rata-rata produksi sampah di Banda Aceh 258 ton per hari. Tetapi pergerakannya naik turun,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLHK3 Kota Banda Aceh Asnawi, di Banda Aceh, Jumat.

Ia menjelaskan jika dilihat tren produksi sampah dari tahun ke tahun, produksi sampah di wilayah itu cenderung menunjukkan peningkatan. Hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk di Banda Aceh.

Produksi sampah ini bukan hanya dari penduduk berdomisili di wilayah Banda Aceh, tetapi juga dari pedagang, mahasiswa, dan pekerja dari kabupaten tetangga yang beraktivitas di Banda Aceh.

“Jadi selama aktivitas di Banda Aceh mengeluarkan sampah, dan kita tampung sampahnya,” ujarnya.

Baca juga: LH Jaksel menerapkan sanksi denda secara acak bagi pembuang sampah

Baca juga: Volume sampah Kota Mataram meningkat selama musim pengantaran haji


Biasanya, dia menambahkan, produksi sampah harian di Banda Aceh juga menunjukkan peningkatan saat momentum tertentu seperti Ramadhan, Lebaran, dan saat penyelenggaraan agenda-agenda pariwisata, budaya dan festival lainnya.

“Kadang-kadang ada kegiatan membuat produksi sampah meningkat. Bisa naik sebesar 50 ton per hari dari hari biasa,” ujarnya.

Saat ini, kata Asnawi, dalam penanganan sampah, DLHK3 Banda Aceh mengerahkan sebanyak 85 unit armada pengangkut sampah dengan ratusan para petugas yang bekerja secara bergiliran dari pagi hingga malam.

“Armada yang kita siapkan untuk mengangkut sampah per hari sekitar 85 unit dengan jenis berbeda-beda, ada truk compactor, truk biasa, mobil carry pikap dan lainnya,” ujarnya.

Hingga saat ini, sampah-sampah tersebut tertampung di TPA Gampong Jawa. Namun, kondisi TPA tersebut sudah kelebihan kapasitas sehingga sebagian sampah tersebut juga didistribusikan ke TPA Regional di Blang Bintang, Aceh Besar.

“Produksi sampah itu dominan organik, kalau plastik ada juga, hampir imbang persentasenya, karena pola konsumsi masyarakat masih banyak menggunakan berbahan plastik,” ujarnya.

Baca juga: Soal wacana pulau sampah, DKI diingatkan harus lakukan studi mendalam

Baca juga: Pemkot Bandung terapkan teknologi pengelolaan sampah RDF di empat TPST

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Indra Gultom
COPYRIGHT © ANTARA 2024