Jakarta (ANTARA) -
Penulis sekaligus Penasihat Taman Bacaan Masyarakat Maman "Kang Maman" Suherman mengatakan peran digitalisasi sangat penting untuk akses bacaan bagi masyarakat terutama anak-anak agar bisa meningkatkan minat baca di mana saja.
 
“Orang ramai internet di mana saja orang bisa mengakses bahan bacaan lewat internet. Jadi, yang dipikirkan jangan selalu sisi negatif internet, ‘nanti dia lihat hal lain’, ajari untuk tidak melakukan itu,” kata Kang Maman saat ditemui media dalam acara Hari Jadi Perpustakaan Nasional ke 44 di Jakarta, Jumat.
 
Dia mengatakan orang tua jangan takut memberikan anaknya gawai karena dari sana anak bisa mengakses bahan bacaan melalui internet yang mungkin tidak bisa di dapatkan dari perpustakaan terdekatnya. Selain itu, harus juga ada  pihak yang menyosialisasikan penggunaan media digital secara positif kepada anak-anak, bagaimana cara memilih konten yang positif dan cara membaca lewat media digital.

Baca juga: Perpusnas ajak masyarakat lawan pembajakan dengan akses buku legal
 
Biasakan juga orang tua untuk memberikan anak gawai sekaligus memberikan informasi tautan untuk mengakses buku.
 
Nggak ada pendidikan khusus tentang itu, di beberapa daerah sudah mulai ada, orang tuanya dilatih untuk melek digital dan bagaimana menggunakan (teknologi) digital, mengawasi anaknya menggunakan digital untuk kepentingan yang positif,” kata Kang Maman.
 
Internet juga bisa dimanfaatkan anak atau penikmat buku untuk berlangganan perpustakaan elektronik atau menjadi anggota perpustakaan secara online agar masyarakat tidak lagi kesulitan membaca buku berkualitas di mana saja. Tantangannya bagi pemerintah, kata Kang Maman, adalah menyediakan akses internet yang merata di seluruh Indonesia supaya tidak ada lagi blank spot, di mana suatu daerah tidak bisa mengakses jaringan internet.
 
Selain memberikan akses membaca kepada masyarakat, kehadiran buku digital juga dapat memberi keuntungan bagi penulis karena bisa mendapat royalti dari buku online dan buku yang diterbitkan secara cetak.
 
“Sederhana saya dapat royalti dari buku cetak 10 persen. Pada buku digital karena nggak ada buku cetaknya, saya dapat royalti lagi 50 persen per 1 buku. Jadi buat penulis dua medium ini sangat menguntungkan, tinggal bagaimana melindungi hak cipta kami,” kata Kang Maman.
 
Kang Maman pun optimis bahwa sebenarnya tingkat literasi masyarakat Indonesia sudah tinggi. Namun, akses kepada buku dan pembacanya yang masih menjadi hambatan.

Jika banyak relawan yang mempermudah akses buku cetak secara gratis, masyarakat akan menjadi penikmat buku dan nantinya akan membeli buku sehingga akan menghidupkan ekosistem perbukuan mulai dari penulis, penerbit hingga toko buku.
 
“Kalau orang baca buku gratis dia kecanduan buku, kelak akan jadi konsumen buku yang datang ke toko buku, penulisnya hidup, yang diselamatkan jadi ekosistemnya,” kata Kang Maman.

Baca juga: Perpusnas tingkatkan digitalisasi buku perluas akses bacaan masyarakat

Baca juga: Menyelami dunia anak dan tumbuh bersama mereka dengan buku

Baca juga: Merengkuh dunia dengan membaca
 

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2024