Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian mendorong diversifikasi produk manufaktur berteknologi tinggi guna meningkatkan ekspor barang dan jasa sektor tersebut ke pasar nontradisional, seperti kawasan Asia Tengah dan Eurosia.
 
"Salah satu langkah yang sedang diusung Kemenperin adalah mendorong diversifikasi produk ekspor nonkomoditas, khususnya produk manufaktur berteknologi tinggi, guna meningkatkan ekspor barang dan jasa dari sektor industri manufaktur,” kata Direktur Industri Elektronika dan Telematika (IET) Kemenperin Priyadi Arie Nugroho di Jakarta, Sabtu.
 
Menurut dia salah satu strategi yang dilakukan guna memacu diversifikasi tersebut yakni dengan mengikutsertakan perusahaan industri elektronika dan telematika nasional dalam ajang POWER Uzbekistan 2024 yang diselenggarakan pada 14-16 Mei.
 
Hasil dari ajang tersebut, PT Sharp Electronics Indonesia yang merupakan salah satu exhibitor berhasil mendapat penawaran dari perusahaan peralatan rumah tangga asal Uzbekistan, serta akan menindaklanjuti tawaran itu melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tashkent, Uzbekistan.
 
Dirinya menilai pameran Power Uzbekistan 2024 merupakan ajang potensial untuk memperluas akses pasar produk elektronika dan telematika Indonesia ke wilayah Asia Tengah, serta bisa menjadi pemacu agar produk manufaktur Indonesia semakin terdiversifikasi.
 
Hal ini karena Uzbekistan dinilai penting sebagai hub perdagangan di Asia Tengah dan Eurosia.
 
"Power Uzbekistan 2024 merupakan acara tahunan terbesar bagi para profesional di industri energi. Tahun ini, pameran dihadiri sekitar 400 pelaku usaha dari 34 negara, dengan target lebih dari 15.000 pengunjung,” kata dia.
 
Pada ajang POWER Uzbekistan 2024, Kemenperin melibatkan tujuh perusahaan dari industri elektronika dan telematika, industri pipa minyak bumi dan gas, industri alat ukur, dan kawasan industri.
 
Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Sharp Electronics Indonesia, PT Communication Cable Systems Indonesia, PT Sinar Baja Elektrik, Bandung Techno Park, PT Rainbow Tubulars Manufacture, PT 3S International, dan PT Indonesia Pomalaa Industry Park.
 
Sebelumnya pada Selasa (13/2) Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kontribusi sektor manufaktur Indonesia berada di atas rata-rata nilai kontribusi dunia.
 
Menurutnya, berdasarkan data UNStats, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2021 sebesar 228 miliar dolar AS. Pada periode tersebut, peringkat MVA Indonesia berada di atas beberapa negara, seperti Kanada, Turki, Irlandia, Brazil, Spanyol, Swiss, Thailand, dan Polandia.
 
“MVA Indonesia memberikan kontribusi sebesar 1,46 persen terhadap total MVA dunia tahun 2021, menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu powerhouse manufaktur di dunia,” kata Menperin.

Baca juga: Kemenperin incar pasar nontradisional industri elektronika-telematika
Baca juga: Menperin sebut industri manufaktur tingkatkan perekonomian daerah
Baca juga: Pacu rantai pasok, Kemenperin dorong eskalasi kerja sama RI-China

 

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2024