Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan "Festival Rujak Uleg 2024" bertema "History of Rujak Uleg" memiliki makna menggambarkan toleransi yang mampu membingkai segala perbedaan di tengah kehidupan warga setempat.
 
"Rujak uleg ini beragam komposisinya, ada buah, cingur, petis, sayur, tahu, kemudian tempe yang disatukan. Sama seperti Surabaya semuanya jadi satu melalui toleransi," kata Eri seusai "Festival Rujak Uleg" yang digelar di Taman Surya, Balai Kota Surabaya, Minggu.
 
Eri menyatakan jika salah satu bahan pembuat rujak uleg hilang maka rasanya menjadi hambar. Sama seperti ketika toleransi rusak, mampu menimbulkan ketidakstabilan kondisi sosial Kota Surabaya.
 
Oleh karena itu, dia berharap bahwa masyarakat bisa memaknai rujak uleg tak sekadar sebagai makanan, namun memaknai filosofi yang ada di dalamnya.
 
"Surabaya itu terdiri dari semua agama, suku, dan lapisan masyarakat, Surabaya ini penuh toleransi," ujarnya.
 
Melalui tema acara tahun ini, Pemkot Surabaya juga mengajak masyarakat menjaga semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu dituangkan melalui teatrikal yang turut melibatkan Wali Kota Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Armuji.
 
"Tadi disampaikan ceritanya tentang Surabaya yang melawan Belanda dan mampu mengusirnya karena bersatu," ucapnya.
 
Sementara itu, Pemkot Surabaya melakukan evaluasi pada pelaksanaan agenda tahunan ini, salah satunya menyangkut waktu pelaksanaannya.
 
"Festival Rujak Uleg butuh waktu panjang, malam atau pagi. Sehingga dievaluasi mana yang pas, terpenting tidak mengganggu waktu shalat," kata dia.
 
Berdasarkan data dari pemkot setempat peserta "Festival Rujak Uleg" mencapai 564 orang yang berasal dari komunitas, perwakilan hotel, hingga mahasiswa asing.
 
Jumlah rujak uleg yang dibagikan kepada masyarakat sebanyak 731 porsi, sesuai dengan usia Kota Surabaya pada 31 Mei 2024.
 
Seorang peserta asal Prancis bernama Gautier Courtois mengatakan "Festival Rujak Uleg" memberikan pengalaman baru baginya untuk lebih mengenal Kota Surabaya secara keseluruhan.
 
"Saya diundang oleh kampus mengikuti even besar di sini, pertama kalinya. Banyak yang mengenakan pakaian tradisional dan menakjubkan," ujar mahasiswa pertukaran pelajar Universitas Airlangga itu.
 
Soal cita rasa, Gautier menyebut bahwa rujak uleg memiliki keunikan tersendiri, yakni perpaduan manis, pedas, dan gurih.
 
"Makanan ini ada tempe dan tahu, saya sudah mencoba dan saya suka," katanya.

Baca juga: Festival Rujak Uleg mengembangkan kuliner tradisional Kota Probolinggo

Baca juga: DPRD: Festival Rujak Uleg bagian promosi wisata kuliner di Surabaya

Pewarta: Willi Irawan/Ananto Pradana
Editor: Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024