Beijing (ANTARA) - Para ilmuwan China berhasil mengembangkan strain babi baru berkualitas tinggi dan diberi nama babi Lansi, yang sekaligus pula merupakan sebuah capaian untuk membantu mengurangi ketergantungan negara Tirai Bambu tersebut pada ras babi asing.

Galur babi baru yang dibiakkan oleh tim peneliti pimpinan Li Kui dari Institut Genomika Pertanian di Shenzhen di bawah naungan Akademi Ilmu Pertanian China (Chinese Academy of Agricultural Sciences/CAAS), baru-baru ini telah disetujui oleh komite sumber daya genetik ternak dan unggas nasional Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China.

Keberhasilan pembiakan galur babi Lansi tersebut menandai hak kekayaan intelektual independen dari ras babi China, dan menyediakan teknologi penting serta pengalaman berharga untuk pengembangan sejumlah besar ras babi impor di China, kata Li.

China merupakan produsen dan konsumen babi terbesar di dunia, dengan produksi dan konsumsi daging babi masing-masing mencapai 44 persen dan 46 persen dari total global.

Namun, lebih dari 90 persen babi yang digunakan untuk produksi komersial bergantung pada ras impor, papar Li.

Sejak 2010, tim Li telah menggunakan teknologi pembiakan biologis baru seperti pembiakan dengan bantuan penanda molekuler dan pembiakan dengan bantuan genom utuh untuk membudidayakan babi biakan yang efisien dan berkualitas tinggi berdasarkan ras babi impor komersial utama.

Tim ini telah membangun populasi pembiakan dengan lebih dari 2.000 ekor babi biakan asli, dan mengembangkan serangkaian sistem basis data dan perangkat lunak analisis pembiakan, yang secara signifikan meningkatkan efisiensi pembiakan, mempersingkat waktu pembiakan, dan meningkatkan akurasi pembiakan, kata Li.

Tim itu berhasil membudidayakan tiga galur khusus babi Lansi selama 14 tahun. Menurut lembaga otoritatif pihak ketiga, sifat-sifat ekonomi utama dan ketahanan terhadap penyakit dari galur-galur baru ini telah ditingkatkan secara signifikan dibandingkan dengan varietas asli yang diimpor, menunjukkan prospek pasar yang luas, demikian Li menjelaskan.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024