Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi Rumah Sakit Fatmawati Dina Aprilya mengatakan ergonomi penting untuk mencegah Occupational Overuse Syndrome (OOS) yaitu sekumpulan sindroma yang muncul akibat gerakan-gerakan yang repetitif.

"Ergonomi itu adalah ilmu menyesuaikan lingkungan sekitar kita dengan tubuh kita, jadi bukan tubuh kita yang menyesuaikan ke lingkungan sekitar, menyesuaikan dengan posisi paling fisiologis, paling nyaman sebenarnya untuk tubuh kita," ujar Dina dalam siaran "Serba-serbi Masalah pada Tangan" oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan posisi yang nyaman bagi diri sendiri belum tentu nyaman bagi tubuh, contohnya menggunakan laptop sambil tiduran di kasur. Menurutnya, prinsip ergonomi penting diterapkan untuk seluruh anggota tubuh, begitu pun dengan tangan.

Dina menyebutkan orang Indonesia rajin menggunakan tangannya, baik dalam konteks profesional seperti sebagai pianis, dokter gigi, guru, atau untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, ujarnya, masyarakat sering sekali memakai gawai pintar untuk scrolling di media sosial hingga berjam-jam.

Baca juga: Dokter: Tangan berkeringat dingin belum tentu gejala jantung

Ketika kegiatan-kegiatan tersebut sudah berlebihan dilakukan, katanya, maka dapat muncul rasa nyeri pada tangan seperti di buku-buku jari, pergelangan tangan dan jempol.

Biasanya, ujarnya, setelah meminum obat bisa diatasi, namun pada kasus-kasus yang dibiarkan berlarut-larut, ada keluhan lain seperti jari yang terasa tersangkut.

Saat tangan dirontgen, kata Dina, terlihat bahwa persendian di antara tulang-tulang di tangan tidak terlihat sehingga terasa sakit.

Dia mengatakan setiap orang punya batasan tersendiri akan rentang waktu menggunakan tangannya dalam aktivitas. Ada yang lima jam sudah nyeri, ada yang enam atau tujuh jam sudah mulai merasakan sakit.

Baca juga: Jangan biasakan mencangklongkan tas di pergelangan tangan

"Yang perlu kita terapkan dari prinsip ergonomi itu adalah diantaranya intermittent stretching dan memutus rantai kontraksi otot yang berulang-ulang dan lama, jadi bisa antara 45 sampai 60 menit itu dijeda," katanya.

Dia menyarankan memasang alarm untuk mengingatkan waktu guna peregangan tersebut, juga untuk berkegiatan lain yang terlupakan saat fokus berkegiatan seperti minum air putih atau ke toilet.

Menurutnya, peregangan harus melibatkan seluruh anggota tubuh guna menghindari keluhan-keluhan seperti sakit tangan, punggung, dan saraf terjepit di leher.

Baca juga: Cara bedakan nyeri pinggang akibat saraf kejepit dan nyeri biasa

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024