Beijing (ANTARA) - Pada awal April, Xiao Ying dan suaminya terbang dari Beijing, China, ke Jenewa untuk berbulan madu ke kota-kota nan menarik di Swiss.

Rute penerbangan tersebut, yang sempat ditangguhkan selama pandemi COVID-19, kembali beroperasi pada Februari 2023, menandai kebangkitan signifikan di sektor pariwisata bagi wisatawan China.

"Rute penerbangan yang kembali beroperasi memberi kami lebih banyak pilihan destinasi perjalanan," tutur Xiao.

Pada kuartal pertama 2024, wisatawan China Daratan menghabiskan total 153.723 malam di Swiss, naik 92,2 persen dari periode yang sama tahun lalu, menurut data dari Switzerland Tourism.

"Kembali beroperasinya penerbangan antara kedua negara merupakan kontributor utama dalam lonjakan kedatangan wisatawan China," kata Shi Bang, direktur dewan di LOTO Travel Agency AG yang berbasis di Swiss.

"Selain itu, prosedur visa telah disederhanakan untuk wisatawan China," kata Shi.

Untuk memenuhi meningkatnya permintaan perjalanan outbound, China telah meningkatkan kapasitas penerbangan dan memperluas kebijakan visa yang menguntungkan bagi warga negaranya.

Menurut Administrasi Penerbangan Sipil China (Civil Aviation Administration of China/CAAC), penerbangan penumpang internasional terjadwal telah kembali beroperasi hingga sekitar 73 persen dari level sebelum pandemi. Pada April, jumlah penerbangan antara China dan negara-negara seperti Inggris, Uni Emirat Arab (UEA), Italia, Qatar, dan Turki melampaui jumlah penerbangan pada periode yang sama pada 2019, menurut laporan Flight Manager, lembaga penyedia informasi penerbangan.

Saat ini, penerbangan penumpang internasional menghubungkan China dengan 70 negara, dengan lima destinasi baru yang ditambahkan sejak masa pandemi, yakni Kuwait, Serbia, Tanzania, Luksemburg, dan Papua Nugini. Baru-baru ini, sejumlah rute internasional baru telah diluncurkan, termasuk rute Beijing-Madrid-Sao Paulo dan rute Shenzhen-Mexico City, kata CAAC.

Lebih lanjut, China menerapkan kebijakan bebas visa bagi sejumlah negara untuk memfasilitasi perjalanan yang lebih mudah bagi warganya.

Menyusul pemberlakuan kebijakan masuk bebas visa untuk Malaysia pada 1 Desember 2023, 168.000 wisatawan China mengunjungi negara itu dalam kurun waktu satu bulan, menandai kenaikan 35,1 persen dari November, kata Direktur Jenderal Pariwisata Malaysia Manoharan Periasamy.

Guna mendorong kedatangan wisatawan China, Malaysia meningkatkan kualitas pengalaman pengunjung dengan mengerahkan staf yang mahir berbahasa Mandarin di titik-titik masuk utama dan berkolaborasi dengan maskapai penerbangan untuk menawarkan penerbangan langsung dari kota-kota sekunder dan tersier di China, papar Manoharan.

Sejauh ini, China telah membuat kesepakatan atau skema untuk menyederhanakan prosedur visa dengan lebih dari 40 negara dan mencapai kesepakatan bebas visa bersama yang komprehensif dengan lebih dari 20 negara, termasuk Thailand, Singapura, Maladewa, dan UEA. Selain itu, lebih dari 60 negara dan kawasan menawarkan kebijakan bebas visa atau visa saat kedatangan bagi warga negara China.

Didukung oleh upaya-upaya ini, kebangkitan pariwisata ke luar negeri (outbound) China terus meraih momentum. Selama liburan Hari Buruh baru-baru ini, 1,897 juta perjalanan dilakukan oleh wisatawan dari China ke hampir 200 negara dan kawasan. China telah menjadi sumber wisatawan internasional terbesar.

"Kebangkitan pariwisata outbound China merupakan dorongan bagi industri pariwisata dan perekonomian Swiss secara keseluruhan. Pertukaran antarmasyarakat dan rasa saling memahami juga akan ditingkatkan," tutur Shi, seraya menambahkan bahwa biro perjalanan tersebut meningkatkan kualitas layanannya untuk menyambut kedatangan lebih banyak wisatawan China.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2024