Jakarta (ANTARA) -
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengapresiasi Presiden Dewan Air Dunia Loic Fauchon yang menyebut bahwa seluruh peserta yang hadir dalam World Water Forum Ke-10 di Bali merupakan pejuang air.

Menurut Putu, isu air ini memang sangat krusial sehingga perlu dibahas para pemangku kepentingan dunia mengingat ke depannya dunia akan menghadapi perubahan iklim (climate change).

Putu Rudana bersama Fauchon sepakat bahwa isu air ini menjadi salah satu isu pembangunan berkelanjutan penting untuk dicapai.

"Saat saya bertemu dengan Presiden Dewan Air Dunia Tuan Loic Fauchon di Jakarta, kita menyadari air sendiri berpengaruh dan terpengaruh oleh perubahan iklim," kata Putu dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.

Baca juga: Presiden Forum Air Dunia puji Indonesia "juara" pembangunan bendungan

Ia mengatakan Parlemen Indonesia telah membuat terobosan sebagai pejuang air atau warrior on water seperti yang disampaikan Loic Fauchon, yakni Kaukus Air DPR RI.

Menurutnya, Kaukus Air DPR RI mendorong pengembangan teknologi untuk mewujudkan air bersih bagi masyarakat.

"Kalau World Water Forum kan seminggu, tetapi kalau kaukus ini mudah-mudahan bisa terus sepanjang masa, yang kita prakarsai ini bisa terus hadir memperjuangkan kepentingan masyarakat khususnya akses terhadap air bersih," kata Anggota Biro Komite Inter-Parliamentary Union (IPU) untuk Pembangunan Berkelanjutan itu.

Anggota Komisi VI DPR RI itu menegaskan bahwa isu air tidak bisa dianggap remeh karena data dari World Resources Institute (WRI) Aqueduct Water Risk Atlas menemukan sedikitnya 25 negara berada pada tingkat water stress yang sangat tinggi secara menahun.

Baca juga: World Water Council jadikan Indonesia Ibu Kota Air Dunia

Dari 25 negara itu, menurutnya, ada sekitar 4 miliar penduduk yang terancam kelangkaan air sedikitnya sebulan sekali per tahun. Pada tahun 2050, angka tersebut dapat meningkat menjadi 60 persen dari penduduk global.

"Di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, Bali, NTB, hingga Tanimbu (Maluku), pada tahun 2030 diperkirakan mengalami kelangkaan air dari tinggi hingga sangat tinggi. Tantangan terkait water stress ini berlipat, tidak hanya dari perubahan iklim, tetapi juga akibat konflik dan peperangan," katanya.

Namun demikian, Putu menambahkan berbagai masyarakat dunia tentu memiliki kearifan-kearifan lokal yang menarik bagi parlemen untuk ditiru. Di Bali, ada kearifan lokal konsep Tri Hita Karana, konsep Hari Nyepi, dan sistem irigasi Subak dengan menjaga kesinambungan baik danau, sungai maupun mata air.

"Jadi, sejak dahulu, Bali memiliki penghormatan yang tinggi terhadap air. Indonesia juga memiliki penghormatan yang sama tinggi antara daratan dan sumber air, yaitu dengan menyebut negeri kita sebagai Tanah Air," katanya.

Baca juga: Presiden Majelis Umum PBB: Keamanan air jaga perdamaian
Baca juga: Jokowi ajak dunia wujudkan tata kelola air inklusif dan berkelanjutan

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Didik Kusbiantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2024