Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) mendalami kasus dugaan asusila terhadap seorang siswi berinisial AS (15) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kalideres.

"Sedang kita dalami, kita tindak lanjut karena korban telah hamil lima bulan," ​​​​​kata Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat Diding Wahyudin saat dihubungi di Jakarta, Selasa. Hingga saat ini, pihak Diding telah berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mencari tahu duduk perkara masalah tersebut.

"Masih kita cari tau, kita berkoordinasi dengan KPAI," ucap Diding.

Diding menyebut bahwa pendalaman tersebut perlu dilakukan untuk menghindari penuduhan pelaku tanpa dasar.

Baca juga: Legislator desak DKI perketat seleksi rektrut PJLP imbas kasus asusila

"Kan kita tak bisa langsung menuduh pelakunya siapa. Jadi, masih kita cari tahu dulu," kata Diding. 

Diding menjelaskan, sampai saat ini kasus dugaan asusila ini masih diselesaikan secara internal.

"Iya masih coba diselesaikan secara internal," katanya.

Selasa ini, keluarga korban melapor ke Polres Metro Jakarta Barat terkait kasus tersebut.

"Hari ini mau lengkapi berkas, kita mau buat laporan," kata paman korban, Suwondo saat ditemui di Polres Jakbar.

Baca juga: Hakim pertimbangkan sidang tertutup kasus konten asusila Mario Dandy

Sementara itu, Ibu AS, Rusyani mengatakan bahwa sang anak awalnya menyampaikan bahasa isyarat bahwa kejadian asusila tersebut terjadi di sekolah

"Saya kasih dua foto teman sekelasnya dan dia langsung menunjuk salah satu," ujar Rusyani.

AS adalah seorang tunarungu, serta keterbelakangan dalam berbicara dan intelektual.

Diawali sakit
​​​​​​​Rusyani menyebut bahwa awalnya AS mengalami sakit saat Idul Fitri 2024.

"Anak saya muntah-muntah saat Lebaran kemarin, lama-lama kok kondisi anak saya semakin memburuk," kata Rusyani.

Baca juga: Polisi masih memeriksa pelaku kasus tindak asusila di Halte SMKN 34

Ternyata saat diperiksa, kata Rusyani, AS hamil lima bulan.

Rusyani kemudian mendatangi pihak sekolah.

"Tanggal 8 Mei saya menemui kepala sekolah dan dia tak mau ditemui. Kami, lalu ke wali kelas anak saya. Alasannya takut syok karena tak info informasi sebelumnya," katanya.

Rusyani berharap pihak sekolah mau memberikan solusi dan tanggung jawab usai kejadian ini.

"Karena anak saya dibilang perlu pendidikan ekstra, tapi pada kenyataannya ini kelalaian semua guru. Saya mohon penyelesaiannya sampai ke jalur hukum," tambah Rusyani.

Baca juga: Polisi telah periksa perawat dalam kasus asusila di RSD Wisma Atlet

Bukan di sekolah
Di lain pihak, kepala sekolah AS, Daliman memperkirakan kejadian itu kecil kemungkinan terjadi di dalam sekolah.

Hal itu karena lima bulan terakhir sebelum kejadian ini, sekolah itu meliburkan siswa karena ada ujian akhir semester dan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).

"Di Desember (lima bulan sebelum Mei), dari segi waktu itu libur akhir semester," jelas Daliman.

Sekolah juga mengajak korban untuk menyelesaikannya secara internal dengan melibatkan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).

"Ikhtiar sekolah sudah kami lakukan. Kami berkeyakinan, kemungkinan kecil kejadian di sekolah. Tetapi ini perlu (pembuktian)," kata dia.

Baca juga: Polda Metro Jaya gelar rekonstruksi kasus pesta asusila homo

Hingga kini, polisi belum memberikan keterangan mengenai kasus tersebut karena laporan polisi baru masuk Selasa ini.

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2024