Rote (ANTARA) - Pemerintah Federal Jerman menyatakan komitmen dukungan terhadap Indonesia untuk perluasan energi baru terbarukan (EBT), khususnya di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Kami sepakat dengan mitra kami Pemerintah Indonesia untuk mendukung perluasan energi terbarukan, perluasan jaringan listrik, dan kerangka regulasi untuk transisi energi yang adil," kata Kepala Kerja Sama Pembangunan Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, Sabine Schmitt dalam acara Peluncuran Proyek Percontohan PV Boat dan PV Agri di Desa Oeseli, Kabupaten Rote Ndao, Selasa.

Photovoltaics (PV) Boat dan PV Agri merupakan dua proyek percontohan transisi energi dan ekonomi ramah lingkungan lewat dedieselisasi yang merupakan kerja sama antara Kementerian Federal Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan melalui German Agency for International Cooperation atau Badan Kerja Sama Internasional Jerman dan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Ia mengatakan dua program itu menunjukkan komitmen Pemerintah Federal Jerman untuk memastikan tidak ada warga, bahkan di pulau terpencil sekalipun, yang tertinggal.

Untuk PV Boat, ia menyebut ada integrasi solusi inovatif bertenaga surya dalam transportasi laut bersama dengan sektor swasta, sehingga pihaknya berkontribusi terhadap perekonomian lokal dan konservasi lingkungan hidup, meningkatkan kualitas hidup, dan usaha bagi masyarakat pulau.

PV Boat menjadi pencapaian luar biasa dalam teknologi ramah lingkungan, namun juga memperkuat komitmen bersama terhadap planet tempat generasi masa depan dapat berkembang.

Sedangkan untuk PV Agri dalam konteks pertanian di Pulau Semau telah menjawab tantangan tentang tenaga listrik terbatas dan sumber daya air yang langka yang umumnya berdampak pada produktivitas pertanian. Menurutnya PV Agri berkontribusi kepada praktik pertanian yang berkelanjutan dan meningkatkan hasil panen.

"Proyek ini merupakan sinyal jelas akan niat kami untuk berinvestasi di bidang-bidang yang selama ini kurang terlayani, guna memastikan pembangunan yang inklusif bagi semua orang," ucapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan Indonesia sebagai mitra global memiliki posisi penting di panggung dunia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih memiliki hutan tropis yang luas, hotspot dari keanekaragaman hayati, dan memiliki sumber daya mineral yang melimpah, namun di saat yang sama berada dalam 10 negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia.

Status ini menekankan bukan hanya tantangan yang dimiliki, tapi juga peluang yang besar untuk pembangunan yang berkelanjutan yang berdampak.

Di dalam kerja sama bilateral antara kedua negara itu, Jerman sangat berkomitmen untuk mendukung Indonesia menavigasi tantangan yang ada. Fokus yang besar diberikan pada mitigasi perubahan iklim, yang mana menjadi bagian dari narasi yang lebih besar, khususnya pelaksanaan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 dan Deklarasi Paris tentang Perubahan Iklim.

Ia menerangkan kerja sama bilateral kedua negara itu berfokus pada empat sektor yakni energi, kehutanan, ekonomi sirkular, dan mobilitas perkotaan. Pada sektor energi, Jerman sepakat dengan Pemerintah Indonesia untuk mendukung perluasan energi terbarukan, perluasan jaringan listrik, dan kerangka peraturan untuk transisi energi yang adil.

Keterlibatan yang kuat telah ditunjukkan dalam Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) yang diluncurkan pada momen KTT G20 di Bali. Ia menyebut Jerman dan Indonesia bekerja sama dengan mitra internasional lainnya untuk memanfaatkan solusi energi terbarukan dan membuka jalan menuju masa depan yang berkelanjutan dan adil.

"Dengan portofolio yang luas dalam kerja sama teknis dan finansial, Jerman berdedikasi untuk mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi hijau," kata Sabine Schmitt.

Baca juga: Menteri Desa PDTT resmikan tapak kaki titik nol terselatan Indonesia
Baca juga: Menyejahterakan NTT lewat elektrifikasi hingga pulau paling selatan

 

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2024