Jakarta (ANTARA) - Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan peletakan batu pertama proyek "Pusat Internasional untuk Penelitian Mangrove Mohamed bin Zayed - Joko Widodo" di Bali.

Proyek tersebut bertujuan untuk memperkuat upaya global dalam mengembangkan mangrove yang menjadi salah satu solusi terpenting dalam menghadapi perubahan iklim dan melindungi ekosistem lingkungan di kawasan pesisir.

“Proyek Pusat Penelitian Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo mendukung kebijakan UEA sejalan dengan tujuan Konferensi COP28 yang fokus memperkuat upaya global dalam menghadapi perubahan iklim dan mewujudkan kelestarian lingkungan," kata Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Mohamed Al Mazrouei dalam siaran pers Kedutaan Besar UEA di Jakarta, Selasa.

Menggambarkan komitmen UEA untuk memimpin inisiatif lingkungan hidup dan memperkuat kerja sama antarnegara dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan," tambah Al Mazrouei.

Al Mazrouei menegaskan bahwa proyek tersebut menjadi sebuah langkah penting untuk memperkuat kerja sama internasional di bidang penelitian lingkungan karena mencerminkan komitmen UEA untuk melindungi lingkungan, khususnya ekosistem sensitif seperti mangrove.

Pusat Internasional untuk Penelitian Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo itu merupakan salah satu kontribusi terpenting UEA dalam memperkuat kelestarian iklim dan lingkungan di dunia sekaligus melindungi bumi ini dari dampak perubahan iklim.

Lembaga itu juga menggambarkan hubungan strategis yang kuat antara UEA dan Indonesia di berbagai sektor penting, terutama dalam memajukan sistem pembangunan berkelanjutan dan menyatukan upaya untuk menciptakan masa depan berkelanjutan bagi kedua negara.

Sementara itu, Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup UEA Amna bint Abdullah Al Dahhak menjelaskan di bawah kepemimpinan Presiden Mohamed bin Zayed Al Nahyan, UEA sangat ingin berkontribusi dan berperan aktif menemukan solusi praktis untuk melindungi lingkungan dan mendukung upaya keberlanjutan bagi seluruh warga dunia.

“Lembaga ini mewakili salah satu kontribusi terpenting UEA dalam kerja sama dengan Indonesia untuk mempromosikan solusi berbasis alam dalam rangka mengatasi dampak perubahan iklim di kedua negara dan dunia karena hutan mangrove merupakan penyimpanan karbon alami yang mendukung berbagai solusi teknologi untuk mengurangi emisi karbon," katanya.

Lebih lanjut, Amna mengatakan lembaga tersebut mendukung upaya penyebaran lebih banyak lagi pohon mangrove secara global, terutama di UEA, yang berencana menanam 100 juta pohon bakau pada 2030, selain juga Indonesia yang memiliki hutan bakau terbesar dan paling beragam di dunia.

Menurutnya, proyek tersebut merupakan tambahan penting bagi upaya global dalam rangka meningkatkan penyebaran hutan mangrove, terutama Mangrove Alliance for Climate yang diluncurkan UEA bekerja sama dengan Indonesia dan 41 negara lainnya, selain Mangrove Development Initiative yang merupakan upaya kolaboratif antara Global Mangrove Alliance dan para pemimpin urusan iklim di PBB.

Pusat Penelitian Internasional Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo akan dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare, dengan berbagai infrastruktur pendukung dan berlokasi di Taman Hutan Raya Ngurah Rai yakni taman seluas 1.158,44 hektare yang merupakan ekosistem mangrove dan terletak di sekitar Teluk Benoa.

Lembaga penelitian itu bertujuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam upaya mengembangkan pohon mangrove, meningkatkan perannya sebagai penyimpan karbon alami, menghadapi perubahan iklim, meningkatkan lingkungan alami di kawasan pesisir, mengembangkan keanekaragaman hayati serta meningkatkan pertukaran pengetahuan di bidang pengembangan pohon mangrove dengan berbagai negara.

Hutan mangrove adalah salah satu ekosistem yang paling produktif dan penting bagi lingkungan di muka bumi. Mangrove mampu menyimpan karbon hingga 400 persen lebih cepat dibandingkan hutan hujan tropis.

Hutan hujan tropis dikenal menyerap emisi dan melindungi lingkungan pesisir, di mana 80 persen populasi ikan global bergantung pada ekosistem mangrove yang sehat.

Pendirian Pusat Penelitian Internasional Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo pertama kali diumumkan saat Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28) di UEA tahun lalu.

Baca juga: Presiden Jokowi ajak delegasi World Water Forum tinjau pembibitan bakau di Bali
Baca juga: Sekda: Bali bisa berkontribusi besar dalam pengembangan studi mangrove

Baca juga: Trenggono soroti upaya konservasi lewat kesatuan ekosistem pesisir
 

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: M Razi Rahman
COPYRIGHT © ANTARA 2024