Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Soedjatmiko Sp.A (K) M.Si mengatakan adanya media sosial bisa menjadi sarana yang mudah untuk menyosialisasikan manfaat imunisasi pada masyarakat.

“Kominfo mengatakan 66 persen penduduk punya smartphone dan mencari informasi melalui media sosial, 83 persennya melalui WhatsApp,” kata Prof. Miko dalam webinar tentang ajakan imunisasi untuk mencegah penyakit berat yang diikuti di Jakarta, Selasa.

Prof. Miko mengatakan informasi yang disebarkan media sosial bisa lebih menarik terutama jika ada gambar dan suara sehingga pesan manfaat imunisasi bisa tersampaikan.

Baca juga: Kemenko PMK dukung Pekan Imunisasi Nasional untuk tangani polio

Namun informasi yang disampaikan pun harus yang menonjolkan manfaat imunisasi bagi kesehatan anak, dan bahaya penyakit yang mengintai jika tidak lengkap melakukan imunisasi.

Adapun penyakit yang bisa dicegah melalui vaksin yang jarang diinfokan media adalah hepatitis untuk mencegah kanker hati, imunisasi BCG pada bayi untuk mencegah TBC yakni radang paru, radang otak dan radang kelenjar yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosa, vaksin polio untuk mencegah kelumpuhan permanen, DPT dan HIB untuk mencegah pertusi atau batuk rejan 100 hari dan difteri yakni sumbatan pada jalan napas dan dapat merusak otot jantung akibat racun difteri.

Selain itu imunisasi juga dapat mencegah kaku otot mulut dan jantung akibat tetanus, mencegah radang paru dan otak oleh bakteri pneumokokus dengan imunisasi PCV, rotavirus untuk mencegah diare berat, influenza untuk mencegah radang paru, campak dan rubela untuk mencegah risiko meninggal karena virus tersebut menyerang otak dan bisa menyebabkan cacat pada janin serta mengurangi risiko pengentalan darah pada demam berdarah dengue.

Baca juga: Kemenkes luncurkan sertifikat dan notifikasi imunisasi digital

“TV dan media sosial nggak banyak yang bahas bahaya penyakitnya, pencegahan dengan imunisasi juga jarang dibahas, lebih banyak membesarkan berita KIPI sedangkan yang nggak ada KIPI nggak diberitakan, edukasi oleh nakes juga terbatas mereka terlalu banyak membicarakan target imunisasi,” jelasnya.

Sering imunisasi juga tidak berbahaya, kata Prof. Miko, justru hal itu akan menguntungkan karena hasil penelitian banyak negara mengatakan sering imunisasi akan meningkatkan kekebalan spesifik yang harus ditingkatkan pada tahun-tahun penting anak seperti bayi dan saat sekolah.

Baca juga: Kemenkes gelar puncak PID suarakan pentingnya imunisasi rutin lengkap

Prof. Miko juga mengatakan orang tua bisa mengikuti jadwal imunisasi yang diberikan IDAI maupun Kementerian Kesehatan. Dengan imunisasi dapat mencegah penyakit menjadi berat.

“Imunisasi yang belum lengkap dapat sakit berat atau meninggal, yang imunisasi lengkap ada yang sakit tapi sangat sedikit dan sakitnya tidak berat. Sakit berat susah ngobatinnya, lebih lama, kalau cacat akan jadi beban keluarga, supaya tidak sakit ya imunisasi, gratis,” kata Anggota Satgas Imunisasi IDAI ini. 

Baca juga: Kemenkes: Perlu tingkatkan kesadaran masyarakat soal manfaat imunisasi

Baca juga: Kemenkes: Persepsi negatif soal imunisasi jadi masalah besar kesehatan

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
COPYRIGHT © ANTARA 2024