Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz mengatakan peningkatan kompetensi literasi tidak hanya dari membaca buku, tetapi juga dari kemampuan membaca alam dan lingkungan sekitar. 

"Orang tidak mungkin punya literasi tinggi tanpa membaca, dan membaca itu tidak hanya dari buku, tetapi juga membaca alam, membaca lingkungan," katanya saat menjadi pembicara kunci dalam Pengukuhan Pengurus Pusat Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) periode 2023-2026 di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, sebelum meningkatkan kompetensi literas, perlu ada pembiasaan budaya baca masyarakat.

"Jadi mengukuhkan budaya baca terlebih dahulu, baru meningkatkan kompetensi literasi," ucapnya.

Aminudin juga mengemukakan gedung perpustakaan hendaknya memiliki roh yang dapat menghidupkan seluruh kegiatan di dalamnya dan memberi manfaat bagi pustakawan maupun pemustaka.

Baca juga: Perpusnas: Perpustakaan harus jadi ruang publik, pendongkrak literasi

"Bagi saya, perpustakaan itu bukan urusan gedung. Gedung itu hanya fisik, yang lebih penting roh dari gedung itu apa. Jangan sampai gedung yang terdiri dari 24 lantai ini hanya menjadi tempat beternak jin, jangan sampai kehilangan jiwa-jiwanya," ujar dia.

Oleh karena itu dalam rangka peningkatan budaya membaca, Perpusnas fokus pada tiga program. Pertama, penguatan budaya baca dan peningkatan literasi. "Ini menjadi satu paket, semua program yang ada di Perpusnas kita arahkan ke sana," kata Amunudin

Kedua, lanjut dia, yakni standardisasi dan akreditasi perpustakaan. "Ini satu paket juga, mulai dari standardisasi perpustakaan, pengelola, fasilitas, dan programnya sekaligus. Programnya harus terukur, karena perpustakaan itu harus menyediakan program, baik internal maupun pengguna (masyarakat)," paparnya.

Ketiga, pengarusutamaan naskah Nusantara. "Tiga program tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan secara optimal teknologi informasi dan jejaring baik nasional maupun internasional," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya mengubah perspektif tentang perpustakaan untuk menyukseskan ketiga program tersebut.

Baca juga: Perpusnas tingkatkan digitalisasi buku perluas akses bacaan masyarakat

"Program-program tersebut tidak bisa berhasil apabila perspektif tentang perpustakaan tidak diubah," tuturnya.

Ia juga mengapresiasi pengukuran kinerja perpustakaan berdasarkan matrics system yang dilakukan oleh FPPTI.

"Saya menerima kesan ada upaya dari teman-teman di perpustakaan untuk menerima perspektif baru dengan pendekatan matematis, tetapi jangan lupakan juga pendekatan penilaian yang menekankan pada kualitas manusianya," kata dia.

Sementara itu Ketua Umum FPPTI Mariyah mengatakan bahwa FPPTI mengadopsi teknologi berbasis kecerdasan artifisial sehingga dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kapasitas pustakawan.

"Melalui teknologi AI tersebut, perpustakaan dan pustakawan didorong untuk memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka," ucapnya.

Baca juga: Perpusnas: Ketersediaan buku di desa tingkatkan literasi masyarakat

 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024