Jakarta (ANTARA) - MudaBerdaya kembali menggelar acara bulanan Bernalar Berdaya, yang kali ini bertempat di SMAN 29, Jakarta Selatan, pada Senin (20/5), bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.

Bernalar Berdaya di SMAN 29, yang dihadiri lebih dari 100 siswa dan guru, bertujuan untuk menginspirasi dan memberdayakan generasi muda melalui berbagai sesi literasi yang inspiratif, seperti dikatakan MudaBerdaya melalui siaran pers di Jakarta, Selasa.

Perwakilan guru SMAN 29 Aji dalam pidato sambutan Bernalar Berdaya mengatakan pemuda memiliki peran penting dalam Kebangkitan Nasional dan bahwa acara tersebut bisa memberdayakan para siswa untuk menjadi agen perubahan.

Baca juga: Kisah inspiratif karyawan PNM dari Serang, cerminkan semangat di Hari Kebangkitan Nasional

"Hari ini bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, di mana penggerak bangsa ini adalah anak-anak muda seperti kalian," kata Aji.

Bernalar Berdaya SMAN 29 digelar dalam empat sesi, yang pertama dibuka oleh salah seorang siswa bernama Reyhan. Dia menyampaikan narasi bertema "Empati Pada Pendidikan".

Reyhan menyampaikan gagasannya dan membahas mengenai tantangan pendidikan di Indonesia, termasuk peringkat rendah di antara negara-negara lain dan ketidakmerataan fasilitas pendidikan. Dia mengajak teman-temannya untuk lebih berempati terhadap kondisi pendidikan di Indonesia.

Baca juga: Komunitas mahasiswa: Harkitnas momen kebangkitan produk nasional

"Aku mungkin tidak sepintar orang lain. Tetapi, aku juga bagian dari suksesnya pendidikan," tutur Reyhan.

Pendiri komunitas pencinta sejarah Neo Historia Daniel Limantara menjadi pembicara pada sesi kedua. Dia membahas sejarah bakso di Indonesia, bahwa bakso adalah warisan budaya nan unik.

Bakso yang dikenal saat ini berbeda dengan versi aslinya di China karena bakso sudah mengalami berbagai modifikasi di Indonesia. Dia juga menekankan bahwa Indonesia adalah persimpangan budaya dunia yang kaya akan kreativitas.

"Belajar sejarah tentang bakso merupakan serpihan kecil dan keunikan bangsa Indonesia," kata Daniel.

Baca juga: Try Sutrisno ingatkan generasi muda untuk tidak malas

Pendiri Sunyi Coffee Mario Gultom mengisi sesi ketiga dengan topik social entrepreneurship, kewirausahaan sosial. Ia berbagi pengalaman dalam menghadapi ketimpangan terhadap disabilitas dan pentingnya mengajarkan empati kepada masyarakat.

Kelompok disabilitas harus memperoleh hak dan kesempatan yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Mario memperkenalkan konsep usaha yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan bisnis, tetapi, juga punya dampak nyata dan mampu menyelesaikan masalah sosial.

"Jangan lupa menyelipkan nilai sosial di cita-cita kalian," kata Mario berpesan kepada para murid di SMAN 29 Jakarta.

Baca juga: Harkitnas, BSKDN ajak masyarakat optimistis menuju Indonesia Emas 2045

Sesi terakhir diisi oleh pendiri Pophariini Suherman Soehardi alias Pak Suhe. Dia membagikan pengalaman selama 34 tahun di perusahaan internasional sebelum mendirikan Pophariini.

Pak Suhe menekankan betapa penting mengelola emosi dan keberanian mengambil risiko dalam meraih kesuksesan.

"Belajar mengantongi emosi dibanding mengumbar emosi di kala SMA terutama di saat-saat penting seperti sedang mempersiapkan ujian," ujar dia.

Bernalar Berdaya, yang berlangsung selama dua jam, disambut dengan antusiasme tinggi dari para siswa-siswi. Suasana yang interaktif dan penuh semangat menunjukkan betapa pentingnya acara ini dalam memberikan wawasan baru serta semangat kepada generasi muda.

Dengan berbagai sesi yang menginspirasi, Bernalar Berdaya tidak hanya memberikan ilmu baru, tetapi, juga mengajarkan empati dan kreativitas kepada para peserta. Acara itu diharapkan dapat terus menginspirasi dan memberdayakan anak-anak muda Indonesia untuk menjadi penggerak perubahan positif di masa depan.

Baca juga: Presiden: Harkitnas ingatkan titik awal kebangsaan Indonesia

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Siti Zulaikha
COPYRIGHT © ANTARA 2024