Guiyang, China (ANTARA) - Pada usia 69 tahun dan menjalani hidup sebagai pensiunan, Zhu Guichu sangat senang bertamasya tetapi tidak menyukai perjalanan udara.

Oleh karena itu saat merencanakan perjalanan selama delapan hari ke Laos baru-baru ini, warga asal Provinsi Guizhou di China itu memilih naik kereta wisata.

Pada 8 Maret, Zhu bergabung dengan kelompok tur yang beranggotakan 200 orang untuk mengunjungi negara Asia Tenggara itu.

Sebuah "kereta panda" membawa mereka ke daerah perbatasan Provinsi Yunnan. Di sana, mereka pindah ke Jalur Kereta China-Laos untuk melanjutkan perjalanan menuju Laos.

"Saya senang bepergian dengan kereta karena ini aman dan dapat diandalkan, dan kita tidak akan merasa terlalu lelah karena semua destinasi berada di dekat stasiun kereta," kata Zhu.

Kereta bertema panda yang dinaiki Zhu merupakan hasil konversi dari "kereta hijau," pendahulu kereta peluru cepat yang kecepatannya lebih lambat.

Selain memiliki gerbong bergambar panda, kereta itu memiliki kompartemen bergaya hotel, bar untuk minum, ruang karaoke, dan fasilitas hiburan lainnya sebagai pengganti daya tarik atas kecepatannya yang lebih lambat.

"Kereta itu sudah disulap menjadi hotel berbintang yang bergerak," ujar Chen Xuan, seorang manajer dari perusahaan yang mengoperasikan "kereta panda".

"Alih-alih hanya menjadi moda transportasi, kereta itu merupakan sorotan utama dari pengalaman berwisata yang dirasakan."

Sejak diluncurkan pada 2021, sebanyak 79 "kereta panda" telah mengangkut lebih dari 20.000 orang ke berbagai objek wisata di provinsi-provinsi dan daerah otonom di China, termasuk Xinjiang, Gansu, dan Sichuan.

China memiliki jaringan kereta yang besar. Jarak tempuh operasional kereta mencapai 159.000 km pada akhir 2023, sehingga membuka jalan bagi kebangkitan kereta wisata sebagai sarana baru yang modis untuk bepergian di seluruh China.

Kereta wisata berfungsi sebagai gerbong dan hotel, mengangkut wisatawan ke objek-objek wisata di sepanjang rute kereta sembari menawarkan akomodasi, katering, dan hiburan. I

Kereta tersebut merupakan salah satu moda perjalanan baru yang menjadi populer seiring dengan meningkatnya momentum pasar pariwisata negara itu.
 
   Sebelumnya pada bulan ini, Xinjiang di China barat laut meluncurkan kembali kereta wisata populer yang disebut "Tianshan Express", yang melintasi rute kereta yang indah dan dihiasi pegunungan bersalju, gurun, dan danau. Kereta serupa juga telah diluncurkan untuk melintasi padang rumput di Daerah Otonom Mongolia Dalam dan untuk melakukan perjalanan di sepanjang rute kereta bersejarah di Provinsi Shandong, China timur


Mengingat kereta tersebut kerap dikonversi dari kereta hijau untuk merasakan nuansa nostalgia, kereta itu diapresiasi karena telah menghidupkan kembali kereta-kereta yang tidak lagi digunakan di era kereta cepat.

Para pakar juga memuji moda perjalanan ini karena menyalurkan lebih banyak wisatawan ke daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki bandara.

"Kereta wisata juga mengubah daerah-daerah terpencil di sepanjang jalur kereta menjadi kota wisata yang berkembang pesat, sehingga mendorong revitalisasi pedesaan dengan caranya sendiri," ujar Cheng Tonglin, lektor kepala fakultas ekonomi Universitas Guizhou.  
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
COPYRIGHT © ANTARA 2024