Jakarta (ANTARA) -
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN telah menggunakan teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dengan memberdayakan big data dan machine learning untuk mendorong pertumbuhan bisnis hingga manajemen risiko.
 
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, perseroan juga mengembangkan segmentasi pelanggannya untuk menjangkau potensi pasar yang lebih luas.
 
"Dengan transformasi digital yang dilakukan, BTN berharap untuk menjadi lebih terhubung dengan pelanggan, menghadirkan layanan yang lebih personal, dan merangkul perubahan menuju dunia digital," kata Nixon melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
 
Penerapan AI menjadi salah satu perjalanan transformasi teknologi informasi (IT), khususnya big data, yang merupakan rangkaian strategi BTN menuju advanced AI-data driven, yang juga disertai dengan pembaharuan dan implementasi teknologi terkini untuk ekosistem big data.
 
Beberapa pembaharuan dan implementasi teknologi terkini tersebut seperti membangun data warehouse, data lake, master data management, penggunaan cloud, dan lain sebagainya.
 
Direktur IT BTN Andi Nirwoto menambahkan, implementasi AI menjadi bagian langkah strategis dalam mewujudkan visi BTN menjadi “the best mortgage bank in Southeast Asia”.
 
Lebih jauh, penerapan AI sudah dilakukan untuk menghasilkan berbagai business insight dan hypersegmentation yang mengelompokkan nasabah dalam grup yang spesifik dan presisi. Dengan begitu, BTN dapat memberikan solusi finansial yang terpersonalisasi kepada nasabah sesuai dengan kebutuhannya.
 
“Lebih jauh lagi, penerapan AI yang sudah kami lakukan juga mampu meningkatkan loyalitas dan engagement dengan nasabah. Semua itu sejalan dengan komitmen BTN untuk senantiasa menjadi one stop mortgage solution bagi nasabahnya,” kata Andi.
 
Beberapa bagian bisnis BTN yang menerapkan AI antara lain penentuan segmentasi nasabah, kegiatan cross-sell dan up-sell produk simpanan, kredit, maupun investasi, aktivitas digital campaign hingga program terkait retensi dan winback.
 
Dengan menggunakan AI, semua proses informasi, promosi, hingga penawaran produk bisa dijalankan dengan tepat sasaran dan sesuai dengan profil serta kebutuhan nasabah.
 
Selain mendorong pertumbuhan bisnis, BTN juga menggunakan AI untuk manajemen risiko perbankan seperti credit scoring, early warning system, dan yang terbaru adalah probability of default yang berfungsi untuk menjaga kolektabilitas nasabah tetap lancar selama menjadi kreditur di BTN.
 
Dalam pelaksanaan model probability of default tersebut, BTN memanfaatkan talkbot sebagai salah satu channel untuk berinteraksi dengan nasabahnya.
 
Perseroan mencatat, penerapan AI telah memberikan dampak yang cukup signifikan untuk pertumbuhan bisnis BTN. Hal itu terefleksi dari pertumbuhan kredit di kuartal I 2024 yang tumbuh 14,8 persen menjadi Rp344,24 triliun dibandingkan dengan Rp288,74 triliun pada kuartal I 2023.
 
Kemudian, tingkat dana murah (current account and saving account/CASA) BTN juga tumbuh 7,1 persen menjadi Rp178,6 triliun dibandingkan dengan Rp166,8 triliun pada kuartal I 2023.
 
Dari segi manajemen risiko, BTN mampu menjaga kualitas kredit menjadi lebih baik seperti tingkat non-performing loan (NPL) gross di kuartal I 2024 yang turun menjadi 3 persen dibandingkan dengan 3,54 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Begitu juga dengan NPL net yang turun menjadi 1,38 persen dibandingkan dengan 1,46 persen pada periode sama tahun sebelumnya.

Baca juga: OJK masih belum terima permohonan merger BTN Syariah dan Muamalat
Baca juga: BTN: Kinerja kredit per April 2024 sesuai target, tumbuh 14,43 persen

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2024