Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) meluncurkan inisiatif pengembangan Green Academy bertemakan “Building Environmental Planning Capacity in Achieving Indonesia’s Golden Vision 2045”.

Inisiasi Green Academy merupakan platform pengembangan kapasitas terintegrasi untuk berbagi pengetahuan dalam kerangka pembangunan hijau.

“Intinya adalah kami ingin mengajak Bapak dan Ibu sama-sama untuk berkontribusi mengembangkan apa yang disebut Green Academy,” ungkap Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu.

Hingga saat ini, dari 144 indikator Sustainable Development Goals (SDGs) yang bisa diukur, 62 persen sudah on-track di Indonesia. Namun, jika di bagi per pilar yang mencakup sosial, ekonomi, tata kelola, dan lingkungan, pilar yang disebutkan terakhir paling sulit untuk dicapai.

Karena itu, pihaknya menginginkan adanya akselerasi mencapai SDGs 2030 dan Paris Commitment di tahun 2060 atau lebih cepat untuk konteks di Indonesia.

Latar belakang dari inisiatif Green Academy didasari Global Risk Report 2024 yang diluncurkan pada saat pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. Laporan tersebut mencatatkan 5 dari 10 risiko terbesar akan dihadapi secara global dalam kurun waktu 10 tahun ke depan yang terkait dengan lingkungan secara keseluruhan.

Mulai dari peningkatan kejadian cuaca ekstrem, perubahan kritikal bumi akibat perubahan iklim yang antara lain dipengaruhi kelangkaan air dan kurangnya pendanaan, lalu masalah polusi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kelangkaan sumber daya alam yang mengarah ke persaingan antar negara atau antar komunitas.

Hal ini sejalan dengan laporan United Nations Environment Programme (UNEP) tahun 2021 yang menyampaikan adanya triple planetary crisis, yakni perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan kehilangan keanekaragaman hayati.

“Berbagai krisis ini membentuk suatu vicious cycle (lingkaran setan) yang tentunya berpotensi membawa kerusakan yang ke depannya, bisa jadi lebih dahsyat dari apa yang kita alami sekarang atau kemarin pada saat COVID-19. (Ini) tentunya membawa kita kepada komitmen ke depan untuk tidak lagi business as usual,” ujar Vivi.

Sejak tahun ini, Indonesia disebut berpotensi menghadapi cuaca ekstrem, baik panas maupun curah hujan yang sangat besar. Keadaan tersebut berpeluang menciptakan berbagai kerentanan di sejumlah daerah pesisir, pulau-pulai kecil, dan pada gilirannya akan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan estimasi 30,2 persen.

Indonesia juga menghadapi darurat sampah karena Bappenas memprediksi seluruh Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan melebihi kapasitas pada tahun 2028 dan akan mengotori laut jika tidak ada penanggulangan.

“Untuk itu, di dalam RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) 2025-2045, kita sudah membangun tidak hanya visi, tetapi juga strategi dan juga arah kebijakan untuk meneguhkan komitmen kita untuk terus tumbuh, Indonesia keluar dari middle income trap (jebakan pendapatan kelas menengah), tidak hanya tumbuh tinggi, tetapi juga cleaner dan greener agar komitmen global seperti SDGs dan juga Paris Declaration bisa dicapai tepat waktu,” katanya.

Dalam RPJPN 2024-2045, ada 17 strategi yang sebagian di antaranya berkaitan dengan upaya membangun ekonomi lebih hijau.

Misalnya, strategi Indonesia Emas (IE) 5 terkait dengan penerapan ekonomi hijau yang mencakup antara lain transisi energi, dekarbonisasi industrialisasi, hingga ekonomi sirkular.

Menurut dia, penerapan berbagai strategi perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah di seluruh Indonesia.

“Oleh sebab itu, kita juga ada IE atau arah strategi yang menekankan pentingnya socio-ecological resilience. Artinya, kita membangun ketangguhan masyarakat di mana pun berada untuk memahami situasi ekologi dan juga dampak dari triple planetary crisis, dan bagaimana sama-sama kita mencari solusi dan tentunya melakukan berbagai percepatan sesuai dengan komitmen-komitmen tadi,” ucap Deputi Vivi.

Dengan peluncuran inisiatif pengembangan Green Academy, Bappenas mengharapkan para pemangku kepentingan bisa saling berdiskusi untuk memberikan solusi dalam rangka memperkuat dan mempercepat pencapaian target-target SDGs di Indonesia.

Baca juga: Nusa Dua Communique sepakat atasi krisis air percepat capai SDGs
Baca juga: Bank Dunia dorong negara-negara prioritaskan anggaran sektor air
Baca juga: SAA 2024 angkat tema terkait pendidikan, pekerjaan, dan industri hijau


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2024