Semarang (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Uswatun Hasanah menilai membangun pendidikan karakter menjadi salah satu pekerjaan rumah terberat dalam upaya mencegah kekerasan di sekolah.

"Untuk mencegah enam jenis kekerasan di sekolah, pekerjaan rumah terberat pada pendidikan karakter," kata Uswatun saat membuka Program Sekolah Adipangastuti di Semarang, Senin.

Enam jenis kekerasan di sekolah yang tercantum dalam Permendikbud No 46 Tahun 2023 antara lain kekerasan fisik, kekerasan psikologis, perundungan, kekerasan seksual, diskriminasi dan intoleransi, serta kebijakan yang mengandung kekerasan.

Menurut dia, untuk mewujudkan pendidikan karakter maka harus dimulai dari keteladanan.

Selain itu, lanjut dia, perlu pula dilakukan praktik-praktik baik di sekolah.

Pada 2022, kata dia, Jawa Tengah menempati peringkat ketiga nasional dalam jumlah kekerasan di sekolah.

Ia menjelaskan kekerasan di sekolah, khususnya di SMA/ SMK merupakan dampak dari proses yang terjadi sebelumnya. "SMA ini hanya menerima dari yang sudah terbentuk sebelumnya," katanya.

Ia menyebut betapa penting pendidikan di mulai dari keluarga dalam anak berproses, bertumbuh, dan berkembang

Oleh karena itu, menurut dia, upaya yang bisa dilakukan SMA/SMK untuk mencegah terjadinya kekerasan di sekolah hanya dengan melakukan pencegahan.

"Yang bisa dilakukan hanya mencegah, misalnya dengan praktik budaya positif," katanya.

Sementara Farid Sunarto, Ketua Solo Bersimfoni, yang merupakan pelaksana Program Sekolah Adipangastuti, mengatakan, sudah ada 14 SMA yang menjadi peserta dalam upaya pencegahan intoleransi di sekolah.

Program ini, lanjut dia, terus berlanjut sebagai upaya untuk mencontohkan budaya baik dalam upaya mencegah intoleransi dan radikalisme di sekolah.

Baca juga: KPAI: Sekolah komitmen terapkan Permendikbud 46/2023

Baca juga: FSGI: Permendikbud 46/2023 pedoman cegah perundungan di sekolah

Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024