Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan, indeks kinerja pariwisata atau travel tourism development index (TTDI) Indonesia berada di peringkat 22 dunia.
 
"Jadi indeks kepariwisataan kita sudah nomor 22, naik peringkat kita di atas Belgia, di atas Selandia Baru, juga di atas Turki," ujar Sandiaga dalam jumpa pers mingguan yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.
 
Penilaian dua tahunan oleh World Economic Forum (WEF) ini menurutnya, telah melewati target yang ditetapkan yakni berada pada posisi 29.
 
Capaian ini, lanjut dia, tak lepas dari program-program pemerintah yang memprioritaskan kebijakan dalam mendukung pariwisata terutama dalam membangun destinasi, memberikan hari libur sehingga memberikan kesempatan bagi Indonesia melewati Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina dalam indeks tersebut.
 
Penilaian oleh WEF ini dijelaskannya, dinilai dari kebijakan tepat oleh pemerintah bagi sektor pariwisata, dampak sosial, keberlanjutan, keindahan alam serta budaya.
 
Dalam kesempatan itu, dirinya pun mengajak jajarannya agar tidak berpuas diri, pasalnya masih ada pekerjaan rumah (PR) besar yang harus dipenuhi agar ranking Indonesia kian melesat.
 
PR itu meliputi infrastruktur destinasi dan kesehatan dan kebersihan, serta ketersediaan jaringan informasi komunikasi.
 
"Termasuk Likupang belum tersedia layanan digital. Mungkin nanti Starlink perlu ada terus," ujarnya.
 
Sandiaga juga mencatat perlu adanya peningkatan layanan bagi turis sehingga wisata di Indonesia kian terbuka, hal tersebut dapat dilakukan meningkatkan kualitas SDM, sementara untuk infrastruktur diakuinya memang harus dibangun.
 
Dirinya pun berharap, pemerintahan selanjutnya dapat meningkatkan capaian rangking TTDI Indonesia selanjutnya.

Baca juga: Menparekraf menggodok regulasi tarik potensi family office di Bali
Baca juga: Sandiaga Uno sebut Pulau Flores NTT memiliki potensi pariwisata religi
Baca juga: Menparekraf minta studi tur dijalankan kembali dengan syarat

 

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2024