Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengapresiasi keberhasilan pendewasaan usia perkawinan saat mengunjungi Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, pada Senin (27/5).

"Hanya di Maluku, yang juaranya justru Kabupaten Maluku Tenggara untuk kawin usia muda, bahkan sangat mengejutkan, karena perempuan kawin rata-rata usia 24 tahun," ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Ia membandingkan capaian tersebut dengan level nasional, sekaligus berpesan kepada seluruh kabupaten/kota agar terus mensosialisasikan pendewasaan usia perkawinan untuk mencegah stunting.

Baca juga: BKKBN intensif pencegahan stunting di Maluku Tenggara

"Di nasional mengejar usia 23 tahun saja tertatih-tatih, dan hari ini angka rata-rata usia kawin 22 tahun. Pesan saya jangan terlalu tua juga, tidak baik bagi perempuan, karena kehamilan di atas usia 35 tahun juga berisiko tinggi. Maka, saya apresiasi mencegah stunting dimulai dari keluarga yang betul-betul patuh dan menikah di usia dewasa," ucapnya.

Hasto mengatakan di Maluku, angka kelahiran total atau TFR sudah baik, dimana satu perempuan rata-rata melahirkan 2,5 anak. Ia menekankan bahwa jarak kelahiran antar-anak penting untuk dipahami, minimal tiga tahun untuk mencegah stunting.

"Kalau baru menyusui sudah hamil, itu celaka betul. Untuk itu, jarak hamilnya dibuat tiga tahun, menyusui dua tahun atau 24 bulan," katanya.

Dia juga mengapresiasi program percepatan penurunan stunting di Maluku Tenggara yang mengalami tren positif.

"Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) serta Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Maluku Tenggara mengalami tren positif dari waktu ke waktu," papar Hasto.

Pada acara tersebut, hadir Pelaksana tugas Bupati Maluku Tenggara Jasmono yang menyampaikan bahwa stunting di Kabupaten Maluku Tenggara menunjukkan progres yang cukup positif berdasarkan data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).

"Pemerintah daerah juga sudah melakukan kombinasi dengan melakukan pendataan, penimbangan serta intervensi bagi seluruh ibu hamil, bayi di bawah lima tahun, dan calon pengantin yang mulai dilaksanakan Juni 2024," kata Jasmono.

Ia mengemukakan bahwa sumber daya alam (SDA) di Maluku Tenggara sangat melimpah, sehingga dapat dioptimalkan untuk mempercepat penurunan stunting.

"Kita memiliki ikan yang sangat melimpah, tetapi harus kita manfaatkan secara optimal untuk mempercepat angka penurunan stunting di Kabupaten Maluku Tenggara, karena nilai gizi ikan sangat besar," ucapnya.

Baca juga: TP-PKK Maluku edukasi masyarakat Banda Naira perangi stunting

Baca juga: TNI gelar penyuluhan kesehatan anak guna tekan stunting di Maluku


Menurut dia, ini harus disosialisasikan pada masyarakat, jangan sampai lebih suka mengonsumsi mie daripada ikan, bahkan ada yang menjual ikan, kemudian hasilnya dipakai untuk membeli dan mengkonsumsi.

Dalam upaya penurunan stunting, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara juga meluncurkan inovasi Jekopabesting (Jemput, Konseling, Pasang, Bebas Aman Stunting).

Inovasi tersebut mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari pemerintah Provinsi Maluku sebagai inovasi pemerintah daerah terbaik kedua di tahun 2024.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2024