Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Anton Apriantono mengatakan, keputusan pemerintah mengimpor beras sebesar 210.000 ton tidak akan menyebabkan turunnya harga di tingkat petani. "Impor beras ini hanya untuk cadangan pemerintah yang disimpan digudang Bulog, bukan ke pasar. Karena itu kekhawatiran menurunkan harga di tingkat petani kecil kemungkinannya," kata Anton Apriantono di Gedung Departemen Keuangan Jakarta, Jumat. Mentan juga menjelaskan mengenai swasembada beras di mana sebelum Kabinet Indonesia Bersatu hanya pernah sekali mencapai swsembada beras yaitu tahun 1984, maka setelah pemerintahan baru, tercapai swasembada berturut-turut sejak 2004. Ia menyebutkan, definisi swasembada yang paling longgar adalah terpenuhinya kebutuhan beras 90 persen dari dalam negeri. Sementara yang moderat adalah 95 persen kebutuhan beras dipenuhi dari dalam negeri. "Impor kita 2005 hingga 2006 kurang dari satu persen artinya lebih dari 99 persen sudah dipenuhi dari dalam negeri. Jadi sebetulnya kita sudah swasembada," katanya. Ia menyebutkan, impor beras pada masa lalu jauh lebih besar daripada yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ia menyebutkan, impor beras pada 1998 mencapai 2,895 juta ton, tahun 1999 sebesar 4,751 juta ton, tahun 2000 sebesar 1,355 juta ton, tahun 2001 sebesar 644.000 ton, 2002 sebesar 1,8 juta ton, 2003 sebesar 1,428 juta ton, 2004 sebesar 236,87 ribu ton, dan 2005 sebesar 173,57 ribu ton. Di sisi lain, lanjut Mentan, juga ada ekspor yang dilakukan Indonesia pada tahun 2005 sebesar 45.000 ton.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006