Kabupaten Padang Pariaman (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mewanti-wanti dampak perubahan iklim atau climate change terhadap upaya penanggulangan bencana lahar dingin dan tanah longsor yang sedang dilakukan di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

"Kita tetap mewaspadai dari dampak perubahan iklim karena ada ketidakpastian yang berpotensi terjadi," kata Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB Agus Riyanto di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Selasa.

Hal tersebut disampaikan Agus Riyanto di kawasan Bandara Internasional Minangkabau yang dijadikan sebagai posko operasi teknologi modifikasi cuaca atau TMC yang digelar sejak 15 hingga 29 Mei 2024.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terhitung 1 dan 2 Juni 2024 wilayah Provinsi Sumbar sudah mulai memasuki musim kemarau. BNPB berharap kondisi tersebut akan memudahkan pemerintah dalam proses penanganan dampak bencana hidrometeorologi yang terjadi.

Baca juga: Baznas terima bantuan Rp500 juta bagi korban Sumbar dari Ahmad Muzani

Baca juga: Wakil Ketua MPR lelang sapi bantu korban bencana Sumbar lewat Baznas


"Meskipun sudah akan memasuki musim kemarau, tetap kita waspadai karena imbas dinamisasi perubahan iklim ini serba tidak pasti," ujarnya mengingatkan.

Agus Riyanto menegaskan BNPB bersama BMKG serta pemerintah daerah terus melakukan evaluasi menyeluruh termasuk kemungkinan memperpanjang operasi rekayasa cuaca jika dibutuhkan.

Sebab, sesuai jadwal yang disusun, operasi rekayasa cuaca tersebut akan berakhir pada Rabu 29 Mei 2024. Namun, apabila teknologi modifikasi cuaca masih dibutuhkan, maka BNPB siap melanjutkan hingga proses penanggulangan bencana selesai.

Memasuki hari Ke-14 operasi TMC BNPB bersama pihak terkait telah menaburkan sekitar 27 ton Natrium Clorida atau NaCl di langit Sumatera Barat. Operasi tersebut diketahui menargetkan 30 ton NaCl sebagai upaya pengendalian dampak bencana di daerah itu.*

Baca juga: BNPB tidak temukan batuan besar pada tiga aliran sungai Gunung Marapi

Baca juga: Sumbar data lahan pertanian yang rusak untuk terima asuransi

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2024