Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Neurologi RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, Ratih Puspa menjelaskan bahwa sejumlah gaya hidup yang tidak sehat, seperti konsumsi rokok dan vape, serta begadang, dapat meningkatkan risiko demensia.

Dalam siaran "Cegah Demensia Pada Lansia!" oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Selasa, Ratih mengatakan demensia adalah sebuah keadaan dimana kemampuan kognitif seseorang terganggu yaitu kemampuan berpikir secara baik.

Selain kemampuan kognitif, kata dia, terdapat gangguan pada neuropsikiatri penderitanya, dimana penderitanya menjadi sering marah-marah, berhalusinasi, atau berjalan-jalan di tengah malam untuk berkegiatan. Dia menjelaskan umumnya hal itu ditemukan pada penderita demensia berat.

Ratih menuturkan demensia banyak ditemui pada orang lanjut usia, karena pada masa itu terjadi proses degeneratif dimana fungsi tubuh menurun. Namun, lanjutnya, terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia, contohnya stroke berulang.

Baca juga: Dokter THT: Gangguan pendengaran dapat percepat demensia pada lansia

Dia menjelaskan di Indonesia jenis demensia yang banyak ditemui adalah demensia vaskular, yang disebabkan oleh stroke. Hal tersebut, menurutnya, karena gaya hidup yang tidak sehat.

Adapun gaya hidup tidak sehat yang dimaksud adalah konsumsi rokok serta vape, dan terlalu sering begadang.

Ia mengatakan saat begadang, proses alami dalam tubuh berubah, seperti metabolisme, zat-zat yang mengatur keseimbangan dalam tubuh, sehingga risiko terjadinya demensia meningkat.

Dia menilai apabila dilakukan sesekali untuk bekerja tidak apa-apa, namun jika terlalu sering maka berbahaya.

Oleh karena itu, kata dia, sebaiknya mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat, seperti makan sayur-sayuran, buah-buahan, serta sering melakukan aktivitas fisik, contohnya senam lansia.

Baca juga: Neurolog: Demensia sebagai prioritas kesehatan perlu publikasi luas

Ratih mengatakan senam lansia bukan hanya untuk lansia saja, namun bisa dilakukan oleh semua golongan usia, bahkan yang jarang berolahraga sekalipun, karena gerakannya yang mudah. Hal itu, katanya, dapat menjadi awal untuk berolahraga yang lebih intens atau untuk mencoba jenis olahraga lain seperti aerobik.

Adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan demensia, menurut dia, seperti trauma akibat kecelakaan dan terbentur hingga harus operasi, sehingga terdapat penurunan fungsi-fungsi otak.

Selain itu, lanjutnya, masalah autoimun juga dapat menyebabkan demensia.

Dia menyebut penting untuk memeriksakan diri guna mengetahui risiko terkena demensia, terutama apabila memiliki faktor risiko penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah semisal penyakit jantung, hipertensi, yang diturunkan keluarga.

Baca juga: Merawat jiwa raga dengan tetap produktif di usia senja

 

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024